Monday 11 February 2019

Jadi Cerdik Tips Semoga Dapat Menjadi Orang Khusu' Dalam Shalat Dan Dimanapun


Cara Supaya Bisa Menjadi Orang Khusu' Dalam Shalat dan Dimanapun. Ada yang bertanya wacana bagaimana cara biar shalat kita khusu'?. tentu saja tidak se simpel membalikkan telapak tangan. Khusu sendiri banyak tingkatannya sesuai dengan tingkat keimanannya masing-masing alasannya ialah keyakinan merupakan pondasi utama dalam setiap pekerjaan termasuk juga dalam hal ubudiyah (ibadah). Ada khusu' tingkat tinggi, menengah, dan tingkat rendah menyerupai kebanyakan orang ketika ini. Dalam Quran surat al-Baqarah 45-46 dijelaskan wacana difinisi / pengertian khusu'.

"... Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan bergotong-royong yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya ...".

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa orang khusu' ialah orang yang mempunyai keyakinan bahwa mereka akan menemukan Allah dan akan kembali kepada-Nya. Kata meyakini yang dimaksud ialah keyakinan yang sesungguhnya, dalam hal ini iman. Dan keyakinan ada tingkatannya masing-masing. Sehingga kekhusuan seseorang sanggup berbeda-beda sesuai dengan porsi keimanan mereka sendiri.

Apakah sama kekhusuan kita dengan Sayyidina Ali bin abi thalib karramallahu wajhah? Beliau pernah meminta sahabat untuk mencabut pedang / panah dari tubuhnya ketika shalat, dan dia tidak mencicipi apa-apa. Lalu bagaimana ketika kita shalat? digigit nyamuk saja masih terasa, terasa gatal digaruk dan lain sebagainya.

Karena itulah marilah kita sejenak mengetahui sifat-sifat khusu' berdasarkan Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hilali, biar kita juga sanggup berusaha untuk menjadi hamba Allah yang khusu' meski masih tingkat rendah, ya semuanya harus dimulai dari nol

Sifat-sifat khusu' dalam shalat


1) Meletakkan ajun pada tangan kiri ketika bangun sebelum rukuk.
Sikap menyerupai itu mengatakan bahwa shalat orang khusyu’. Tindakan menyerupai itu mengatakan ketundukan dihadapan Allah.

2) Seluruh anggota tubuh (fisik) thuma’ninah (tenang) dalam setiap gerakan.
Sikap yang hening dalam shalat mengandung arti bahwa setiap gerakan shalat dilakukan dengan tidak terburu-buru. Semua gerakan shalat dilakukan dengan sempurna. Karena dengan ketenangan akan simpel untuk mendapat rasa khusyu’.

3) Hati menghadap hanya pada Allah tidak kepada selain-Nya Hal ini sanggup dipahami dengan dua keadaan: Pertama, hati tidak berpaling pada Allah, dan men-kosongkan hati dari semua hal selain kegiatan shalat. Kedua, hati dan penglihatan mata tidak berpaling ke kanan dan ke kiri. Pandangan mata tertuju ketempat sujud, sedang hati menghadap kepada Allah.

4) Rukuk, dengan mengatakan ketundukan dan kepatuhan disertai dengan ketundukan hati kepada Allah.

5) Sujud dengan menundukkan kepala sejajar dengan bumi sebagai bukti ketaatan dan kepatuhan.
Ketika seseorang yang shalat merendahkan kepala yang menjadi anggota tubuh paling mulia dan sejajar dengan kaki serta muka mencium bumi, pada ketika itulah insan harus menyadari bahwa ia sangat hina dan tidak ada apa-apanya jikalau dibandingkan dengan kekuasaan dan keagungan Allah Swt. Lebih dalam lagi, insan harus menyadari juga bahwa dulu ia diciptakan Allah dari tanah, maka ia pun akan kembali dikubur dalam tanah.

6) Mensifati Allah dengan sifat yang agung.
Selain dengan perilaku rukuk dan sujud, kekhusyu’an seorang hamba kepada Allah disempurnakan dengan ungkapan kebanggaan yang mengatakan kemuliaan, kebesaran, keagungan, dan ketinggian sifat-sifat-Nya.

Dengan demikian, segala kegiatan yang dilakukan dalam shalat tidak ada yang sia-sia. Namun, mengandung makna dan manfaat terhadap jasmani dan rohani untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.

No comments:

Post a Comment