Showing posts sorted by relevance for query cara-mempublikasikan-menerbitkan-karya. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query cara-mempublikasikan-menerbitkan-karya. Sort by date Show all posts

Monday, 18 November 2019

Lebih Bakir Pembelajaran Yang Baik Di Sd (Sekolah Dasar), Pengirim : Ulfa Fadilah

Sebagai mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, kami membuat goresan pena ini bertujuan untuk meningkatkan dan membuatkan mutu pembelajaran yang ada di sekolah dasar. Karena pendidikan sekolah dasar merupakan kunci kemajuan dan perkembangan suatu bangsa. Untuk membuat belum dewasa yang cerdas di perlukan pembelajaran yang optimal dalam setiap harinya. Dalam artikel ini kami akan membahas wacana bagaimana pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi penerima didik.

Pembelajaran yaitu proses interaksi penerima didik dengan pendidik dan sumber berguru pada suatu lingkungan belajar. Lingkungan berguru merupakan suatu sistem yang terdiri dari unsur tujuan, materi pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi, dan semua berfungsi dengan berorientasi pada tujuan ( Anitah. S. Dkk, 2009: 1.18).

Dalam dunia pendidikan sanggup kita ketahui bahwa dalam acara berguru mengajar terdapat interaksi antara pendidik dan penerima didik. Interaksi tersebut terjadi dalam lingkungan pendidikan, sehingga lingkungan pendidikan harus di rancang dan di desain suapaya menyenangkan supaya berguru berlangsung secara efektif. Dalam proses pembelajaran juga membutuhkan alat pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikannya. Penggunaan alat peraga yang sempurna akan membuat berguru lebih efektif dan tujuan akan tercapai secara optimal.

Menurut Mulyatiningtias (2010: 2), Paikem merupakan kependekan dari pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran ini menggambarkan keseluruhan proses berguru mengajar yang berlangsung menyenangkan dengan melibatkan penerima didik untuk berpartisipasi secara aktif selama proses pembelajaran. Pembelajaran aktif yaitu segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan penerima didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar penerima didik maupun penerima didik dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang bersifat student centered, maksudnya disini yaitu pembelajaran yang menawarkan peluang kepada penerima didik untuk mengkontruksi pengetahuan secara berdikari (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated intuction).


Pembelajaran inovatif mendasarkan diri pada paradigma konstruktivistik yang membantu penerima didik untuk menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentrasformasi isu gres (Oentoro, 2010).Pembelajaran kreatifadalah pproses pembelajaran yang mengharuskan guru sanggup memotivasi dan memunculkan kreatifitas penerima didik selama proses pembelajaran berlangsung, dengan memakai beberapa metode dan seni administrasi yang variatif, contohnya kerja kelompok, pemecahan duduk kasus dan sebagainya.Pembelajaran efektif merupakan suatu proses berguru mengajar yang bukan hanya terpokus pada hasil yang dicapai penerima didik, namun bagaimana proses pembelajaran efektif bisa menawarkan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta sanggup menawarkan perubahan sikap dan mengaplikasikannya dalam kehidupan penerima didik tersebut.Pembelajaran menyenangkan yaitu suatu pembelajaran di kelas maupun di luar kelas dengan memakai metode pembelajaran yang sanggup menarik perhatian siswa, mengasikan, menjadi siswa yang tertantang untuk lebih mendalami materi pelajaran, menumbuhkan kreatifitas, sehingga siswa lebih semangat dalam berguru dan hasil belajarnya meningkat.

Menurut Mulyatiningtias (2010: 4), Model PAIKEM banyak memakai seni administrasi pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning yang merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situsi dunia kasatmata penerima didik dan mendorong penerima didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Model PAIKEM menuntut guru untuk kreatif, memakai banyak sekali alat, media pembelajaran dan sumber belajar. Supaya guru mempunyai wawasan luas wacana metode pembelajaran yang mendukung penerima didik untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Tujuan pembelajaran berbasis PAIKEM  adalah untuk membantu siswa dalam membuatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, berpikir kritis dan berfikir kreatif. Berfikir kritis yaitu suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumi dan pencarian ilmiah. Berfikir kreatif yaitu suatu acara mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam membuatkan sesuatu. Kemampuan memecahkan duduk kasus merupakan kemampuan berfikir tingkat tinggi.

Dari paparan-paparan di atas sanggup kita ketahui bahwa, secara garis besar PAIKEM sanggup digambarkan sebagai berikut:

1.   Siswa terlibat dalam banyak sekali acara pembelajaran.
2.   Guru memakai banyak sekali alat bantu dan banyak sekali cara dalam membangkitkan semangat berguru siswa.
3.   Guru mengatur kelas dengan lebih menarik.
4.   Guru menerapkan cara mengajar yang lebih variatif.
5.   Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam memecahkan masalah, mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam membuat lingkungan sekolah.

Penerapan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan di SD perlu adanya kemampuan guru dalam merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Dalam acara berguru mengajar contohnya guru melaksanakan bermacam-macam acara dalam KBM misalnya, acara diskusi, percobaan, memecahkan masalah, mencari informasi, menulis laporan, berkunjung dan lain sebagainya.

Selanjutnya, guru harus memakai alat bantu dan sumber yang bermacam-macam misalnya, alat yang tersedia atau yang dibentuk sendiri, gambar, studi kasus, narasumber, lingkungan dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan mata pelajaran.Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk membuatkan keterampilan misalnya, siswa melaksanakan percobaan, pengamatan, atau wawaancara, menarik kesimpulan, memecahkan masalah, mencari rumus sendiri dan lain sebagainya. Guru menyesuaikan materi dan acara berguru dengan kemampuan siswa misalnya, siswa dikelompokan sesuai dengan kemampuan (untuk acara tertentu), siswa diberi kiprah perbaikan atau pengayaan.Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman sehari-hari siswa misalnya, siswa memanfaatkan atau menceritakan pengalamannya sendiri, siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam acara sehari-hari. Yang terahir dalam proses KBM guru harus menilai dan memantau kemajuan berguru siswa secara terus menerus misalnya, guru memantau kerja siswa dan guru menawarkan umpan balik kepada siswa.

Dari paparan ia atas penulis menawarkan saran kepada pembaca khususnya guru dan calon guru untuk selalu sanggup membuat acara pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan setiap proses berguru mengajar berlangsung. Dalam pembelajaran paikem guru hanya menyajikan materi atau materi dalam garis besarnya saja dan kemudian memberi peluang kepada anak didik untuk mencari kemudian menemukan sendiri. Praktis bukan, tetapi tidak lepas dari kita harus membimbing dan memantaunya. Karena pendidik merupakan faktor utama kemajuan bangsa dan negara.

Referensi :

Anitah. S. (2009). Strategi Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka
Marinta, D. F., Khutobah., dan Marjono. (2014). Jurnal Edukasi: Penerapan Model Pembelajan PAIKEM Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Bidang Studi IPS Pada Pokok Bahasan Jenis Dan Persebaran SDA Serta Pemanfaatannya Di SDN Tempursari 1 Tahun Pelajaran 2012/2013. Dikutip dari /search?q=cara-mempublikasikan-menerbitkan-karya" target="_blank">Cara Mempublikasikan / Menerbitkan Karya Tulis Gratis Secara Online di www.salamedukasi.com

Lebih Cendekia Karya Ilmiah Guru “Penerapan Pendidikan Abjad Pada Siswa Dalam Menumbuhkan Langsung Yang Berakhlakul Karimah” Oleh Hj. Nunung Hanurawati, M.Pd

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Pemahaman guru terhadap karakteristik penerima didik ini memperlihatkan citra bagi para guru, dari sisi mana potensi penerima didik, kelemahannya sanggup dibantu atau ditumbuhkan dan kelebihan apa yang perlu menerima perhatian untuk dikembangkan. Potensi yaitu kesanggupan, daya, kemampuan untuk lebih berkembang.

Potensi penerima didik yaitu kapasitas atau kemampuan dan karakteristik/sifat individu yang bekerjasama dengan sumber daya insan yang mempunyai kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam diri penerima didik. Setiap penerima didik yaitu individu yang unik. Unik alasannya yaitu mereka mempunyai potensi dan kemampuan yang berbeda antara satu dengan yang lain.

Moral merupakan aspek sikap atau sikap yang sering ditunjukkan penerima didik dari fatwa wacana baik, jelek yang diterima umum mengenai sebuah respon tindakan atau perbuatan yang dalam perspektif agama sering kita kenal dengan istilah akhlak, kebijaksanaan pekerti, susila. sebagai pola prilaku jelek penerima didik yaitu tidak menghargai guru, membuat onar dikelas, sering ribut dengan teman, suka berantem, mengganggu sahabat ketika sedang belajar, usil dan lain sebagainya.

Sedangkan untuk bermoral baik, ditunjukkan sikap sopan, jujur, patuh, taat, yang untuk budaya timur ibarat hormat pada yang bau tanah lewat tutur bahasa yang lembut, menghargai nilai adat istiadat sehingga seseorang bisa dinilai bermoral sudah mulai  menunjukkan atau bahkan sudah menjalankan dengan mempunyai pertimbangan baik jelek dalam perbuatannya baik bagi alam, dirinya, dan orang lain.


Seorang guru yaitu panutan dan pola yang realalita kasatmata dilihat dan diperhatikan tingkah lakunya, mulai dari berjalan, bertutur kata, bahkan marahnya pun diperhatikan oleh penerima didik ibarat Akronim GURU tingkah lakunya harus di gugu dan di tiru. Dengan kata lain ke mana dan di manapun kita berada sejatinya guru harus mempunyai kepribadian yang sopan, santun, dan sebisa mungkin dijadikan cermin bagi penerima didiknya.

2. Tujuan

Dengan menerapkan pendidikan aksara pada siswa diharapkan:

Bertingkah laris sesuai dengan usianya, berkepribadian yang menjunjung nilai moral, sopan dan santun, mengasihi dan menghargai teman, menghormati guru, menghormati yang lebih bau tanah dan mengasihi yang lebih muda.

3. Ruang Lingkup Tulisan

Ruang lingkup dalam goresan pena ini dibatasi dalam 3 hal yaitu:

a. Lingkup keluarga

Merupakan wahana pembelajaran dan adaptasi nilai-nilai kebaikan yang dilakukan oleh orang bau tanah dan orang cukup umur lain di keluarga. Sehingga melahirkan anggota keluarga yang berkarakter.

b. Lingkup satuan pendidikan

Merupakan wahana pembinaan dan pengembangan aksara yang dilaksanakan dengan pendekatan sebagai berikut:
     Pengintegrasian pada semua mata pelajaran
     Pengembangan budaya sekolah
     Melalui kegiatan kurikuler dan ektrakurikuler
     Pembiasaan prilaku dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah

B. Tinjauan Pustaka


Menurut Suyatno Pendidikan aksara yaitu cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun Negara.

Menurut Kertajaya Pendidikan aksara yaitu ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut yaitu orisinil dan mengakar pada kepribadian benda atau individe tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu.

Menurut Thomas Lickona Pendidikan aksara yaitu suatu perjuangan yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia sanggup memahami, memperhatikan, dan melaksanakan nilai-nilai etika yang inti.
Kesimpulan yang di padukan dari para mahir diatas bahwa Pendidikan aksara yaitu suatu perjuangan yang disengaja untuk membantu seseorang dalam membuatkan potensi untuk memahami dirinya sehingga sanggup berfikir  berprilaku, bekerjasama baik dalam lingkup keluarga, bangsa maupun Negara.

C. Tujuan Penelitian

Membentuk kepribadian siswa lebih baik dan berkarakter sehingga sanggup membuatkan potensi dirinya jauh lebih baik dan berahlakul karimah.

D. Metode Penelitian

Pendidikan aksara sanggup dilakukan dengan banyak sekali pendekatan dan sanggup berupa banyak sekali kegiatan yang dilakukan secara intra kurikuler maupun ekstra kurikuler.Kegiatan intra kurikuler terintegrasi ke dalam mata pelajaran, sedangkan kegiatan ekstra kurikuler dilakukan di luar jam pelajaran.

Strategi dalam pendidikan aksara sanggup dilakukan melalui sikap-sikap sebagai berikut.:   
      
    Keteladanan
    Penanaman kedisiplinan
    Pembiasaan
    Menciptakan suasana yang konduksif

1)   Keteladanan     

Keteladanan mempunyai bantuan yang sangat besar dalam mendidik karakter. Keteladanan guru dalam banyak sekali aktivitasnya akan menjadi cermin siswanya. Oleh alasannya yaitu itu, sosok guru yang bisa diteladani siswa sangat penting. Guru yang suka dan terbiasa membaca dan meneliti, disiplin, ramah, berakhlak contohnya akan menjadi teladan yang baik bagi siswa, demikian juga sebaliknya.

Sebagaimana telah dikemukakan, yang menjadi problem yaitu bagaimana menjadi sosok guru yang bisa diteladani, alasannya yaitu semoga bisa diteladani dibutuhkan banyak sekali upaya semoga seorang guru memenuhi standar kelayakan tertentu sehingga ia memang patut dicontoh siswanya. Memberi pola atau memberi teladan merupakan suatu tindakan yang gampang dilakukan guru, tetapi untuk menjadi pola atau menjadi teladan tidaklah mudah.

Keteladanan lebih mengedepankan aspek sikap dalam bentuk tindakan kasatmata daripada sekedar berbicara tanpa aksi.Apalagi didukung oleh suasana yang memungkinkan anak melakukannya ke arah hal itu.

2) Penanaman atau Penegakan Kedisiplinan  

Disiplin pada hakikatnya yaitu suatu ketaatan yang sungguh-sungguh yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan kiprah kewajiban serta berperilaku sebagaimana mestinya berdasarkan aturan-aturan atau tata kelakuan yangseharusnya berlaku di dalam suatu lingkungan tertentu.Realisasinya harus terlihat (menjelma) dalam perbuatan atau tingkah laris yang nyata, yaitu perbuatan tingkah laris yang sesuai dengan aturan-aturan atau tata kelakuan yang semestinya.
Kedisiplinan menjadi alat yang ampuh dalam mendidik karakter.Banyak orang sukses alasannya yaitu menegakkan kedisiplinan.Sebaliknya, banyak upaya membangun sesuatu tidak berhasil alasannya yaitu kurang atau tidak disiplin.Banyak jadwal yang telah ditetapkan tidak sanggup berjalan alasannya yaitu kurang disiplin.

Kita masih sering terlambat alasannya yaitu sering tidak bisa menepati waktu.Oleh alasannya yaitu itu, betapa pentingnya menegakkan disiplin semoga sesuatu yang diinginkan sanggup tercapai dengan sempurna waktu.Dengandemikian, penegakan kedisiplinan merupakan salah satu taktik dalam membangun aksara seseorang. Jika penegakan disiplin sanggup dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus, maka lama-kelamaan akan menjadi habit atau kebiasaan yang positif.

Menanamkan prinsip semoga penerima didik mempunyai pendirian yang kokoh merupakan potongan yang sangat penting dari taktik menegakkan disiplin.Dengan demikian, penegakan disiplin sanggup juga diarahkan pada penanaman nasionalisme, cinta taha air, dan lain-lain.
Banyak cara dalam menegakkan kedisiplinan, terutama di sekolah. Misalnya dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, guru selalu memanfaatkan pada ketika perjalanan dari sekolah menuju lapangan olahraga, murid diminta berbaris secara rapi dan tertib, sehingga tampak kompak dan menarik bila dibandingkan dengan berjalan sendiri-sendiri. Jika hal ini sanggup dilakukan, makapengguna jalan akan menghormati dan mempersilahkan bejalan lebih dahulu, bahkan sanggup mengurangi resiko keamanan yang tidak diinginkan. Nilai-nilai yang sanggup dipetik antara lain kebersamaan, kekompakan, kerapian, ketertiban, dan lain-lain.

Kegiatan upacara yang dilakukan setiap hari tertentu kemudian dilanjutkan dengan investigasi kebersihan dan potong kuku, pengecekan ketertiban sikap dalam mengikuti upacara sanggup dipakai sebagai upaya penegakan kedisiplinan.

Guru sebagai teladan harus tiba pagi dan tidak terlambat. Begitu tiba di sekolah, guru sudah berdiri di depan pintu dan menyambut bawah umur yang tiba dengan menyalaminya.

3) Pembiasaan

Pembiasaa berbaris sebelum memasuki ruang kelas, berdoa sebelum dan setelah belajar, sepuluh menit gerakan membaca, mengangkat tangan apabila akan bertanya atau meminta izin kebelakang, mentaati tata tertib, meminta maaf apabila melaksanakan kesalahan, bertutur kata dengan sopan yaitu beberapa pola adaptasi yang apabila dilakukan akan berdampak lebih baik dan menunjang pembentukan aksara siswa.

4) Menciptakan suasana kondusif

Dalam proses mencar ilmu mengajar suasana aman yaitu dambaan setiap pendidik, alasannya yaitu akan membuat ketercapaian tujuan mengajar atau mendidik, nilai plus yang akan diterima baik oleh siswa ataupun pendidik, suasana yang nyaman tidak mengakibatkan keonaran, kejenuhan, ataupun tidak termotivasinya siswa untuk mencar ilmu yaitu hal-hal yang harus di luruskan oleh seorang pendidik. Itulah pentingnya penerapan pendidikan aksara yang di masukan pada setiap mata pelajaran semoga pembelajaran menerap pada setiap hati penerima didik yang akan menjadi generasi yang mempunyai aksara yang baik sesuai dengan keinginan agama dan bangsa.

E. Hasil Pembahasan

Pendidikan yaitu suatu perjuangan sadar dan sistematis dalam membuatkan potensi penerima didik. Menurut wikipedia Pendidikan yaitu pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Pendidikan disini ditujukan kepada siswa sekolah dasar, sebagai bekal kelak supaya berkpribadian baik dan berakhlakul karimah.

Karakter atau watak yaitu sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, kebijaksanaan pekerti, dan watak yang dimiliki insan atau makhluk hidup lainnya. Lebih lengkap lagi aksara yaitu nilai-nilai yang khas, baik watak, budpekerti atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi banyak sekali kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah laris dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan Pendidikan Karakter yaitu perjuangan sadar dan berkala untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan penerima didik guna membangun aksara langsung atau kelompok yang unik baik sebagai warga negara.

Satuan pendidikan bahwasanya selama ini sudah membuatkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk aksara melalui jadwal operasional satuan pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan aksara pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada ketika ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values) yang dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun.

Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan aksara telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan,Cinta TanahAir,Menghargai Prestasi,  Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai,Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial  Tanggung Jawab, Religius. (Puskur. Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10). Nilai dan deskripsinya terdapat dalam Lampiran 1.)

Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk aksara bangsa, namun satuan pendidikan sanggup memilih prioritas pengembangannya dengan cara melanjutkan nilai prakondisi yang diperkuat dengan beberapa nilai yang diprioritaskan dari 18 nilai di atas. Dalam implementasinya jumlah dan jenis aksara yang dipilih tentu akan sanggup berbeda antara satu kawasan atau sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Di antara banyak sekali nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya sanggup dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan gampang dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah, yakni bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.

Pendidikan aksara yaitu pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakterpada anak didik. Saya mengutip empat ciri dasar pendidikan aksara yang dirumuskan oleh seorang penggagas pendidikan aksara dari Jerman yang berjulukan FW Foerster:

1.   Pendidikan aksara menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut.
2.   Adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi langsung yang teguh pendirian dan tidak gampang terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru.
3.   Adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan hukum dari luar hingga menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik bisa mengambil keputusan sanggup berdiri diatas kaki sendiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar.
4.   Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan yaitu daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar penghormatan atas kesepakatan yang dipilih.

Pendidikan aksara penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan aksara akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan aksara berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial ibarat toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya.Pendidikan aksara akan melahirkan langsung unggul yang tidak hanya mempunyai kemampuan kognitif saja namun mempunyai aksara yang bisa mewujudkan kesuksesan.

F. Kesimpulan dan Saran

Pendidikan aksara hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter.

G. Daftar Rujukan

ü Dorothy Law Nolte, Dryden dan Vos, Revolusi Cara Belajar.Terjemahan word Translation service.(Bandung:Kaifa,2000)
ü Heri gunawan, Pendidikan Karakter “konsep dan Implementasi” ( Bandung : Cv.  Alfabeta, 2012)
ü M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban      Bangsa,(Kadipiro Surakarta,2010)
ü Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan model Pendidikan Karakter,(Bandung:    PT Remaja Rosdakarya 2014)

Penulis : Hj. Nunung Hanurawati, M.Pd. (Guru SDN Kebonsari I Cilegon)

Ingin mengirimkan goresan pena karya orisinil Anda untuk dimuat di Cara Mempublikasikan / Menerbitkan Karya Tulis Gratis Secara Online di www.salamedukasi.com

Lebih Cerdik Makalah Peningkatan Kompetensi Guru Tk Dan Kb Dalam Mempersiapkan Manajemen Kelas Oleh Ibu Ratnawilis, S.Pd.Aud., M.M

Seperti yang telah Ibu Ratnawilis, S.Pd.AUD.,M.M sampaikan via email untuk bergabung dengan www.salamedukasi.com untuk selanjutnya menerbitkan makalah ini, untuk dijadikan refrensi dan ilmu bagi guru-guru Taman Kanak-kanak dan KB, berikut kami publikasikan dan bagikan file lengkapnya:

MAKALAH TEMA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU TAMAN KANAK-KANAK DAN KELOMPOK BERMAIN DALAM MEMPERSIAPKAN  ADMINISTRASI KELAS
DISUSUN OLEH: RATNAWILIS, S.Pd.AUD., M.M
NIP.19650802 198703 2 006

DIIKUTI OLEH GURU TAMAN KANAK-KANAK DAN KELOMPOK BERMAIN TINGKAT KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Makalah ini telah diberikan pada lembaga Pelatihan Kompetensi Pendidik PAUD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lima Puluh Kota dengan tema “Peningkatan Kompetensi Guru Taman Kanak-kanak dan Kelompok Bermain dalam Mempersiapkan  Administrasi Kelas“
Pada tanggal 20 – 22 Juli 2017. Tempat di Sago Bungsu 1 Tanjung Pati

Makalah ini di latar belakangi oleh rendahnya kompetensi guru Taman Kanak-kanak (TK) dan Kelompok Bermain (KB) dalam menyusun perlengkapan manajemen kelas dilingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Lima Puluh Kota. Secara umum pembinaan  ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru Taman Kanak-kanak (TK) dan Kelompok Bermain (KB) dalam mempersiapkan manajemen kelas di lembaga TK/KB/PAUD dilingkunag Kabupaten Lima Puluh Kota.

Pelatihan  ini dilaksanakan selama selama  3 (tiga) di mulai pada tanggal 20 – 22 Juli 2017 bertempat di Gedung pertemuan Sago Bungsu 1 Tanjung Pati. Adapun teknik dan metode pembinaan terdiri dari : ceramah, Tanya jawab, serta pemberian kiprah dan diakhiri dengan presentase hasil. Hasil yang diharapkan kepada guru Taman Kanak-kanak dan KB dalam mengikuti pembinaan tersebut, penerima bisa membuat dan meyusun manajemen kelas dengan baik dan lengkap.

Berdasarkan hasil pembinaan kompetensi tenaga PAUD ini sudah mendapatkan hasil pencapaian penyusunan Administrasi kelas menerima dari 150 orang peserta, sudah menerima hasil kemampuan guru yang membuat manajemen kelas yang terdiri dari 28 macam tersebut di gambarkan sebagai berikut: dari 150 orang penerima 127 orang sudah bisa membuat sesuai dengan pola tabel yang diberikan degang persentase sebesar 85%, sedangkan yang belum bisa membuatnya sebanyak 23 orang bila dipersentasekan sebesar 15%. Kata kunci : Kompetensi, Guru PAUD, Administrasi Kelas.




BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 menyatakan bahwa Guru pada PAUD/TK/RA harus mempunyai kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari kegiatan studi yang terakreditasi. Agar pendidik mempunyai keprofesian dalam mengajar di lembaga PAUD/TK/RA supaya tercapainya mutu pendidikan anak usia dini sesuai tujuan pendidikan nasional.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional di atas juga menuntut kompetensi guru yang professional yang mana kompetensi guru tersebut terdiri dari empat kompetensi yaitu: 1) Kompetensi Pedagogik, 2) Kompetensi Kepribadian, 3) Kompetensi Sosial, 4) Kompetensi Keprofesional. Berdasarkan kompetensi pendidik tersebut diharapkan guru bisa memcapai standar tertinggi dalam menjalankan kiprah sebagai tenaga pendidik.

Adapun berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2009 ihwal Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yakni suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak semenjak lahir hingga dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani semoga anak mempunyai kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Menurut perkembangannya, masyarakat telah memperlihatkan kepedulian terhadap dilema pendidikan, pengasuhan, dan proteksi anak usia dini untuk usia 0 hingga dengan 6 tahun dengan aneka macam jenis layanan sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal maupun non formal. Penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK)/Raudhatul Atfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat, yang memakai kegiatan untuk anak usia 4 – ≤6 tahun. Sedangkan penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat, yang memakai kegiatan untuk anak usia 0 – <2 tahun, 2 – <4 tahun, 4 – ≤6 tahun dan Program Pengasuhan untuk anak usia 0 - ≤6 tahun; Kelompok Bermain (KB) dan bentuk lain yang sederajat, memakai kegiatan untuk anak usia 2 – <4 tahun dan 4 – ≤6 tahun.

Pendidikan di Taman Kanak-kanak dan KB berlangsung di dalam kelas sebagai pelaksanaan proses pembelajaran, semoga kelas mempunyai suatu ruang berguru yang menyenangkan perlu keahlian guru dalam mengelola kelas sebaik mungkin, sehingga terciptanya proses pembelajaran yang komdusif dan menyenangkan. Pendidikan anak usia dini sangat diharapkan berguru dengan menyenangkan supaya anak tersebut lebih nyaman dalam mendapatkan pendidikan dari gurunya.

Berdasarkan Permendiknas dan Undang-undang di atas guru dituntut melaksanakan kiprah sebagai tenaga pendidik anak usia dini yang mempunyai kompetensi lebih profesional untuk mencapai tujuan pendidikan. Adapun yang ditemukan di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dilingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lima Puluh Kota, terdiri dari Taman Kanak-kanak 204 lembaga dan KB sebanyak 53 lembaga,  juga mempunyai jumlah guru Taman Kanak-kanak sebanyak 1024 orang sedangkan guru KB berjumlah 278 orang kalau dijumlahkan kedua jenjang  sebanyak 1302 orang.

Hasil pemantauan lembaga Taman Kanak-kanak dan KB di Kabupaten Lima Puluh Kota hanya sekitar 123 guru Taman Kanak-kanak yang mempunyai Administrasi kelas yang lengkap dengan arti kata 12%. Berarti 88% manajemen kelas yang berada di lembaga Taman Kanak-kanak dan KB di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lima Puluh Kota belum mencapai sasaran yang diinginkan. Hal tersebut dinyatakan guru Taman Kanak-kanak dan KB di Kabupaten Lima Puluh Kota belum lagi mempunyai kompetensi guru dalam mengelola adminstrasi kelasnya.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu diberikan pembinaan terhadap guru Taman Kanak-kanak dan KB di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Lima Puluh Kota, untuk mempersiapkan administasi kelas dengan baik dan tepat sesuai dengan kompetensi guru yang dimilikinya.

B.        Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas sanggup dirumuskan dilema yang terjadi pada guru Taman Kanak-kanak dan KB di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lima Puluh Kota yakni kurangnya kompetensi guru dalam mengelola manajemen kelas?

C.      Tujuan
Adapun tujuan dari pembinaan kompetensi guru ini yakni semoga guru Taman Kanak-kanak dan KB di lingkungan Dinas Pendidik dan Kebudayaan Kabupaten Lima Puluh Kota bisa mengelola manajemen kelas yang sebagai kiprah pokok sebagai guru.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Kompetensi Guru TK

Berdasarkan peraturan Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 ihwal standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru pasal 1 menyatakan bahwa guru Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional, pasal 2 menyatakan  Ketentuan mengenai guru dalam jabatan yang belum memenuhi kualifikasi akademik diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) akan diatur dengan Peraturan Menteri tersendiri.

Kompetensi guru Taman Kanak-kanak terdiri dari empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yang selalu setiap tahun dilakukan dengan uji kompetensi sehingga guru mempunyai kompetensi yang professional. Pemerintah selalu memperlihatkan peluang besar terhadap guru untuk meningkatkan kompetensi melalui aneka macam sumbangan atau tunjangang keprofesian tersebut.

Adapun kompetensi yang dimiliki oleh guru ada empat kompetensi yang terdiri juga dengan standar inti. Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

B.      Administrasi Kelas

1.       Pengertian Administrasi

Pengertian manajemen sangat bermacam-macam sesuai alur pemikiran para mahir itu sendiri oleh alasannya yakni itu akan dijabarkan dari beberapa mahir dibawah ini: Siagian (2001:1) menyatakan bahwa “ Administrasi yakni keseluruhan proses pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil dan diselenggarakan oleh dua orang atau leih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.

Siagian (2006) menyatakan bahwa “Administrasi yakni sebagai keseluruhan proses kolaborasi antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”. Administrasi dalam suatu kantor atau lembaga sangat perlu dilengkapi dalam mencapai tujuan lembaga itu sendiri.

Berdasarkan pendapat di atas sanggup disimpulkan bahwa manajemen yakni suatu kolaborasi antara dua orang atau lebih secara rasional pada suatu lembaga untuk melengkapi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

2.       Pengertian Administrasi Kelas

Begitu pula dengan pengertian manajemen kelas mempunyai bermacam ragam pengertian berdasarkan mahir menyerupai : Menurut Dikdasmen (2001) menyampaikan bahwa manajemen kelas yakni sagala perjuangan yang diarahkan untuk mewujudkan suasana berguru mengajar yang efektif dan menyenangkan serta sanggup memotivasi penerima didik untuk berguru dengan baik sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Dapat juga dikatakan bahwa manajemen kelas merupakan perjuangan sadar untuk mengatur proses berguru mengajar secara sistematis.

C.        Macam-macam Administrasi Kelas

Adapun macam manajemen kelas yang harus dimiliki oleh guru kelas di Taman Kanak-kanak dan KB yakni sebagai berikut:

1.      Buku Program Kegiatan Belajar TK
2.      Buku Program Kegiatan Tahunan
3.      Buku Program Semester
4.      Buku RPPM
5.      Buku RPPH
6.      Buku Penilaian
7.      Buku Data Siswa Dan Orangtua
8.      Buku Absen Murid
9.      Buku Rekapitulasi Absen Siswa
10.    Buku Mutasi Siswa
11.    Buku Data Kelompok Siswa
12.    Daftar Berat / Tinggi Badan
13.    Data Pekerjaan Orangtua Siswa
14.    Data Pendidikan Tertinggi Orangtua
15.    Anecdot Record
16.    Grafik Pencapaian Target Perkembangan Anak
17.    Grafik Tarap Serap Proses Kegiatan Belajar Mengajar
18.    Bukti Pemeriksaan Administrasi
19.    Buku Daftar Hadir Tamu Kelas
20.    Daftar Pengambilan Raport Semester I/II
21.    Buku Kesehatan
22.    Buku Rekapitulasi Penilaian
23.    Buku Kegiatan
24.    Buku UKS
25.    Buku Bimbingan Dan Penyuluhan
26.    Buku Inventaris Kelas
27.    Grafik Murid
28.    Kalender pendidikan Diknas dan Kalender Pendidikan Sekolah

Administrasi kelas yang 27 macam tersebut harus dimiliki oleh guru kelas lantaran manajemen tersebut akan membantu kiprah guru kelas dalam menjalankan proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan.

D.    Bentuk-bentuk Administrasi Kelas
1.     Buku Program Kegiatan Belajar
2.      
CONTOH PROGRAM KEGIATAN BELAJAR
No
WAKTU
RENCAMA KEGIATAN
TUJUAN
1
07.30- 08.00
Upacara bendera (Senin)
Berbaris berdasarkan kelas
Ikrar
Menanamkan rasa percaya diri, cinta tanah air, agama, social dan emosional.
2.
08.00 – 09.30
Pelaksanaan Pembelajaran
1.     Pembukaan
2.     Inti
Melatih keterampilan anak baik bidang Nilai-nilai agama dan moral, social, emosional dan kemandiri.
Melatih Keterampilan bidang kemampuan, bahasa, kognitif, fisik motorik dan seni.
3.
09.30 – 10.00
Bermain bersama di luar
Cuci tangan, kamar kecil
Makan bersama
Melatih NAM, SEK anak
4
10.00 – 10.30
Penutup Kegiatan belajar
Diskusi
Tanya jawanb
Evaluasi pembelajaran
Pesan dan saran
Do’a menjelang pulang
Melatih kemampuan bahasa, kognitif, SEK, NAM
5.
10.30 - selesai
Ekstra kurikuler/jam tambahan
Melatih keterampilan dan bidang kemampuan anak

Bidang garapan manajemen pendidikan merupakan kegiatan catat mencatat (Recording) dan lapora melapor (Resporting) seluruh komponen kegiatan yang dilaksanakan di dalam kelas yang mencakup sebagai berikut:

Kegiatan Administratif Manajemen Kelas
·       Perencanaan Kelas_Suatu perencanaan yang utama yakni menjabarkan kurikulum menjadi kegiatan pembelajaran yang konkrit sesuai dengan waktu yang tersedia menyerupai kegiatan tahunan, kegiatan semseter, progam bulanan, progam mingguan dan juga progam harian. Selain itu juga perlu adanya kegiatan ekstrakulikuler menyerupai progam pramuka, olahraga kesenian, les berguru tambahan, bimbingan konseling dan UKS.
·       Pengorganisasian kelas Guru_Didalam pengorganisasian kelas guru diharapkan sanggup membagi beban kerja, tanggung jawab, wewenang kepada semua pihak (guru dan guru) dan juga mengikuti sertakan siswa dalam pengelolaan kelas. Melengkapi alat-alat yang diharapkan dan membuat struktur organisasi kelas.
·       Pengarahan kelas_Untuk pengarahan kelas ini dilakukan semoga setiap kegiatan tidak menyimpang dari tujuan dan ketentuan, Di mana dalam hal menyerupai ini tentunya memerlukan bimbingan dan kerjasama dengan kepala sekolah, supervisor dan konselor dengan jalan musyawarah.
·       Koordinasi kelas_ Sedangkan untuk koordinasi kelas ini bertujuan membawa semua material. fasilitasi dan teknik-teknik dalam kekerabatan kolaborasi yang serasi dengan kiprah dan kiprah masing-masing untuk memberikan saran, pendapat dan gagasan baik dalam bidang kerjanya sendiri maupun bidang kerja yang menjadi tanggung jawab yang bersangkutan.
·       Komunikasi kelas_Di dalam Komunikasi kelas untu menonjolkan kekerabatan manusiawi yang harmonis, denga cara musyawarah, diskusi baik kekerabatan pribadi maupun kelompok dengan memakai jaringan komunikasi yang berdaya guna.

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan

Berdasarkan peraturan Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 ihwal standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru pasal 1 menyatakan bahwa guru Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional, pasal 2 menyatakan  Ketentuan mengenai guru dalam jabatan yang belum memenuhi kualifikasi akademik diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) akan diatur dengan Peraturan Menteri tersendiri.

Kompetensi guru Taman Kanak-kanak terdiri dari empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yang selalu setiap tahun dilakukan dengan uji kompetensi sehingga guru mempunyai kompetensi yang professional. Pemerintah selalu memperlihatkan peluang besar terhadap guru untuk meningkatkan kompetensi melalui aneka macam sumbangan atau tunjangang keprofesian tersebut.

Adapun kompetensi yang dimiliki oleh guru ada empat kompetensi yang terdiri juga dengan standar inti. Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

Guru kelas merupakan suatu kiprah yang mengelola kelasnya sendiri dengan membuat proses pembelajaran yang baik perlu ditunjang dengan manajemen kelas yang lengkap. Administrasi kelas yang lengkap bertujuan mencapai mutu serta kualitas proses pembelajaran yang tinggi. Setiap guru dituntut untuk memenuhi manajemen kelas yang lengkap supaya proses berguru mengajar sukses dan menerima mutu pendidikan siswa menjadi tinggi.

B.        Saran

Disaran dalam peningkatan kompetensi guru dan kualifikasi akademik ini ditujukan kepada: Bagi guru tingkatakanlah kualifikasi akademik dengan menambah tingkatkan pendidikan yang sesuai tuntutan pendidikan yang lebih professional dengan kualifikasi minimal D IV atau S1. Lengkapilah manajemen kelas sebelum melaksanakan proses pembelajaran supaya proses pembelajaran sanggup berjalan secara aman dan menyenangkan baik bagi siswa maupun guru kelas sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
ü Permendiknas (2007). Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
ü Undang-undang. (2009). Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Departemen Pendidikan Naional.
ü Siagian P. Sondang. (2001). Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi, dan Strategi. Jakarta: Bumi Aksara Siagian P. Sondang. (2006). Filsafat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksar


Penulis : IBU RATNAWILIS, S.Pd.AUD., M.M

Ingin mengirimkan goresan pena karya orisinil Anda untuk dimuat di Cara Mempublikasikan / Menerbitkan Karya Tulis Gratis Secara Online di www.salamedukasi.com