Sunday 3 February 2019

Jadi Berakal Inilah 9 Prinsip Pembelajaran Pada Madrasah Diniyah Takmiliyah


Inilah 9 Prinsip Pembelajaran Pada Madrasah Diniyah Takmiliyah. Prinsip pembelajaran ialah hal yang harus ada dan menempel dalam setiap proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru bersama anak didiknya. Menerapkan metode atau pendekatan apapun, prinsip pembelajaran harus diperhatikan. Prinsip pembelajaran diterapkan semoga proses pendidikan memperlihatkan dampak nyata yang mendidik; bukan malah merusak atau mencederai mental, emosi dan martabat kemanusiaan santri (peserta didik / siswa).

Hubungan santri dengan guru harmonis, diliputi ikatan kasih sayang. Dengan demikian proses pendidikan berjalan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Prinsip pembelajaran yang diterapkan pada madrasah diniyah dikala berhadapan dengan santri ialah sebagai berikut:


1. semua hal pada guru ialah berbicara banyak


Bahwa apapun yang menempel dan ada pada diri guru mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki bekerjsama bercerita banyak kepada santri. Namun bukan dengan kata-kata, melainkan dengan bahasa hal (kondisi) yang diterjemahkan oleh santri. Misalnya guru yang menggunakan baju sesukanya, lusuh dan tidak rapi itu berarti ia sedang menyampaikan kepada santri “saya orang yang kacau, jorok, maka kau boleh mempermainkan saya”.

Oleh sebab itu, guru harus menjaga penampilan yang sopan, rapi, bersih, dan sederhana.

2. Nasehat berupa sikap lebih efektif dari pada berupa ucapan


Kebiasaan guru dalam bersikap dan bertindak sehari-hari, baik berupa ucapan maupun perbuatan lebih terkesan oleh santri dari pada apa yang dinasehatkan. Santri akan lebih memperhatikan tindakan dari pada ucapan guru yang bertentangan dengan tindakan. Jangan salahkan santri kalau mereka mengabaikan nasehat guru yang tindakannya berbeda dengan apa yang diucapkan.

3. Anak ialah anak, anak bukahlah orang remaja dalam bentuk mini


Santri dengan segala karakteristiknya ialah anak yang sedang belajar. Mereka bukan orang remaja dalam bentuk kecil, maka hindari menilai santri dengan ukuran standar orang dewasa. Kenakalan anak ialah penggalan dari perkembangannya. Karena itu pelanggaran, kesalahan kecil dan kenakalan, iseng dan tindakan yang mengakibatkan murka harus dimengerti, diterima apa adanya lalu arahkan kepada yang lebih baik. Tugas guru adlah masuk ke dunia anak, dan membawa dari dunia anak menuju dunia orang dewasa.

4. Hukuman ialah alat yang mendidik


Tidak salah kalau guru menggunakan hukuman, namun harus tetap dalam konteks mendidik. Penggunaan eksekusi harus diniatkan baik dan dilakukan dengan cara yang baik. Niat baik berarti didorong oleh kasih sayang, menolong dan membantu santri menuju kesadaran, bukan menyakiti.

Dilakukan dengan cara yang baik berarti tidak melampaui aturan syariat. Tidak mencederai kehormatan, kemanusiaan, dan harga diri santri. Hukuman sebagai alat, pastinya mengandung nilai nyata dan negatif, mengandung sifat membantu dan merepotkan di sisi lain. Karena itu kalau menggunakan cara hukuman, guru harus lebih bijak dan mempertimbangkan dengan benar.

5. Perkembangan santri layak dihargai


Sekecil apapun kemajuan santri layak dan harus diberi penghargaan. Berilah legalisasi atau kebanggaan sebagai penguatan supaya terulang di masa yang akan datang. Penghargaan diberikan dengan cara yang bervariasi; sanggup berupa pujian, kata-kata, kalimat, senyuman, tepukan pundak, tepuk tangan, acungan jempol dan sebagainya. Diberikan segera dikala santri tersebut berprestasi, jangan ditunda.

6. Guru dan orang bau tanah santri ialah tim


Yakinkan semenjak awal bahwa orangtua / wali santri dan guru diniyah ialah tim dalam membelajarkan anak didik. Kegagalan santri ialah kegagalan guru sekaligus kegagalan orangtua. Karena kalau ada sikap yang menyimpang, susah diatasi, maka libatkan orangtua. Guru dan orangtua gotong royong dan bekerja sama dalam membimbing santri.

7. Hubungan guru dan santri ialah dunia akhirat


Ikatan guru dan santri tidak hanya di dunia, namun hingga kelak di akhirat. Guru sanggup memberi syafa’at kelak di akhirat, begitu juga sebaliknya kalau kedudukan santri lebih tinggi berdasarkan Allah SWT. Karena itu harus diciptakan hubungan mahabbah dan kasih sayang yang kuat, saling membantu dan menolong dalam kebaikan secara gotong royong menuju ridla Allah SWT.

8. Ilmu yang disampaikan dari hati akan diterima dengan hati


Apapun yang disampaikan guru harus dipertimbangkan dengan hati nurani, semua tindakan ditenagai oleh rasa keikhlasan. Sehingga  bernilai baik dan sanggup diterima oleh hati penerima didik. Emosi santri akan tersentuh dan akan mengakibatkan kesadaran untuk selanjutnya merubah sikap santri menjadi lebih baik. Hindari menyampaikan atau bertindak yang hanya didorong oleh kesenangan nafsu, ingin dipuji, emosi, marah, dan niat riya lainnya.

9. Seseorang cenderung tertarik terhadap hal yang berkaitan dengan dirinya


Dalam memperlihatkan bahan pembelajaran, guru harus mengusahakan kontekstual, sesuaikan dengan kehidupan dan kebutuhan santri. Contoh-contoh yang ditampilkan sesuai dengan kehidupan santri, semua bahan pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan santri sehari-hari, sehingga lebih bermakna bagi santri dalam menghadapi kehidupannya. Baik kehidupan kini maupun kelak di masyarakat. Bahkan dikaitkan dengan kebutuhan santri kelak di akhirat.

Itulah 9 prinsip pembelajaran madrasah diniyah. Semoga sanggup memperlihatkan motivasi, referensi, dan bermanfaat untuk kita semua. Amin...

No comments:

Post a Comment