Monday 11 February 2019

Jadi Berakal Kajian Ihwal Makna Pekerjaan Haji Dan Umrah Dalam Islam


Kajian Tentang Makna Pekerjaan Haji dan Umrah Dalam Islam. Ibadah Umrah berdasarkan sebagian Ulama’ ialah sunnah, berdasarkan sebagian yang lain wajib. Haji wajib bagi seseorang yang mampu untuk melakukannya dari perjalanan hingga pulang. Ibadah Haji disyariatkan pada simpulan tahun ke-9 dari hijrah dengan turunnya ayat 97 Surat Ali ‘Imran, Rasulullah sendiri melaksanakan ibadah Umrah sebanyak 5 kali dalam hidupnya dan melaksanakan ibadah haji 1 kali. Ibadah haji ialah napak tilas terhadap sejarah nabi Ibrahim, Isma’il dan Hajar.

Padanya terdapat gejala yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim. (Ali Imran:97). Dua ibadah yang secara khusus pelaksanaannya dicontohkan oleh Rasullah dan diperintah untuk mencontohnya,yaitu Shalat dan Haji

خذوا عني مناسككم

“Ambillah (contohlah) dariku ibadah-ibadah haji kalian”

.Haji Hanya diwajibkan sekali dalam seumur hidup.berdasarkan Ali ‘Imran: 97 dan Hadits Nabi.

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ....

……..mengerjakan haji ialah kewajiban insan terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah..(Ali Imran/97)

Makna-makna dipraktekkan dalam pelaksanaan ibadah haji, dalam acara-acara ritual, atau dalam tuntunan non ritualnya, dalam bentuk kewajiban atau larangan, dalam bentuk kasatmata atau simbolik, pada hasilnya mengantar jemaah haji hidup dengan pengamalan dan pengalaman kemanusiaan universal.

Pertama; ibadah haji dimulai dengan niat


  • Sambil menanggalkan pakaian biasa
  • mengenakan pakaian ihram
  • menjauhi segala larangan-larangan selama berihram, memotong/ mencukur rambut, memotong pepohonan, berpakain berjahit.
Semuanya menyampaikan perilaku kepatuhan dan ketaatan kita kepada Allah SWT.

Kedua; mengelilingi Ka'bah sebayak tujuh kali putaran dimulai dan diakhiri dari Rukun Hajar Aswad


  • sarana pertemuan kita sebagai tamu dengan Sang Khaliq
  • dengan mengelilingi ka'bah disertai dengan dzikir dan berdoa dengan khusuk
  • Putaran thawaf sebanyak 7 kali merefleksikan rotasi bumi terhadap matahari siang dan malam.

Ketiga; Sa'i : "usaha" perjalanan dari Shafa ke Marwah dan sebaliknya sebanyak 7 kali perjalanan


  • Shafa ialah "kesucian dan ketegaran
  • berakhir di Marwah "ideal manusia, perilaku menghargai, bermurah hati dan memaafkan orang lain"
  • merupakan pedoman dari Siti Hajar ketika mondar-mandir antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah untuk mencari air alasannya Nabi Ismail AS menangis kehausan
  • betapa besarnya cinta kasih seorang ibu kepada anaknya, begitu berpengaruh perjuangan yang dilakukannya untuk mendapat setetes air
  • usaha yang dilakukan secara terus-menerus tanpa kenal lelah serta tawakal untuk meraih suatu tujuan, meskipun pada hasilnya hanyalah Allah SWT yang memilih hasil dari jerih payah kita.

Keempat; Tahallul


  • perbuatan untuk melepaskan diri dari larangan-larangan ihram selama berihram
  • dilakukan dengan cara bercukur
  • membersihan diri
  • membersihkan segala pikiran-pikiran kotor yang tidak bermanfaat
  • Bersihkan hati dan pikiran untuk menapaki kehidupan yang lebih baik menuju kepada keridhaan Allah SWT..

Kelima; Wukuf berarti "berhenti"


  • Rukun ibadah haji, tidak ada haji kalau tidak wukuf di arofah
  • Wukuf di padang Arofah merupakan citra kelak kita akan dikumpulkan Allah SWT di Padang Mahsyar pada Hari Kebangkitan
  • Pada dikala wukuf, merasa dalam suasana yang tenang, tentram. jamaah haji dari banyak sekali penjuru dunia berkumpul bermunajat kehadirat Allah SWT sang pencipta. Berdzikir, bertafakkur, ada yang menangis memohon ampunan, bertobat atas segala dosa dan kesalahan. Disanalah mereka seharusnya menemukan ma'rifat pengetahuan sejati ihwal jati dirinya, simpulan perjalanan hidupnya

Keenam; Mabit di Muzdalifah


  • jamaah haji berangkat menuju Muzdalifah untuk bermalam dan beristirahat
  • mengumpulkan tenaga kembali guna melanjutkan melontar jumrah di Mina
  • Disunnahkan di Muzdalifah ini jamaah haji mencari kerikil untuk melontar jamrah
  • memperbanyak dzikir dan berdoa
  • mempersiapkan diri baik tenaga maupun perbekalan dan senjata (lambang kerikil) untuk melawan musuh insan yang kasatmata yaitu syeitan. lewat tengah malam, jamaah haji akan berangkat menuju Mina untuk mabit dan melontar jamrah pada tanggal 10, 11, 12, 13, Dzulhijjah.

Ketujuh; Mabit di Mina


  • Mabit di mina ini dilaksanakan selama 4 hari mulai tanggal 10, 11, 12, 13 Dzulhijjah
  • Selama mabit ini jamaah haji akan melaksanakan melontar jumrah Ula, Wustha dan Aqobah
  • Mabit ini merupakan penginggalan pedoman Nabi Ibrahim A.S. ketika diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih putranya Nabi Ismail A.S. Dalam perjalanan menjalankan perintah Allah inilah Nabi Ibrahim mendapat godaan terus-menerus dari syaitan semoga mengurungkan niatnya untuk menyembelih putra kesayangannya, tetapi Nabi Ibrahim A.S. tetap istiqomah menjalankan perintah ALLAH SWT ini dan melempari syaitan-syaitan tersebut dengan watu kerikil (jamrah)
  • Melontar jamrah ialah perang kita terhadap musuh yang paling kasatmata bagi insan yaitu syaitan.

Ciri Haji yang mabrur wa maqbul


  1. Tercermin dari akhlak dan prilaku kesehariannya. Ibadahnya semakin bagus
  2. Semangat dan mencar ilmu untuk memahami Islamnya semakin meningkat.
  3. Tidak peduli ia mau dipanggil atau tidaknya sebutan bapak atau ibu haji.
  4. Dia berhaji nrimo semata alasannya Allah dan biarlah yang Allah yang menilaianya.
  5. Hanya keinginan pahala dan ampunan Allah dan ridloNya. Abu khurairoh ra menyampaikan bahwa Rasulullah relah bersabda : ” Dari umroh ke umroh ialah penghapus dosa diantara keduanya. Dan haji mabrur, tiada balasannya kecuali jannah (surga)” (HR Bukhiri dan Muslim).

Ciri Haji mardud


  1. Tercermin dari akhlak dan prilaku kesehariannya semakin kurang baik atau tidak ada perubahan dalam akhlak yang madzmumahnya(jelek). Ibadahnya semakin turun atau tidak pernah
  2. Tidak ada Semangat dan mencar ilmu untuk memahami Islamnya .
  3. Sangat berharap sebutan bapak atau ibu haji sesudah pulang ke ranah airnya.
  4. Dia berhaji tidak nrimo semata alasannya Allah dan ingin mendapat kebanggaan orang yang menilainya.
  5. Dia merasa duka bila tak punya gelar haji, dan merasa sombong akan kemampuannya pergi ke tanah suci

No comments:

Post a Comment