Sunday 10 February 2019

Jadi Terpelajar Buku Fatwa Mengatasi Persaingan Anak Usia Dini Dan Saudara Kandung


Ibu dan Ayah, sebagai orangtua, kita mempunyai kewajiban untuk selalu membina bawah umur kita supaya hidup damai, sejahtera, rukun, dan aman. Oleh alasannya yaitu itu, dalam kehidupan berkeluarga, seluruh anggota keluarga berguru hidup bersama orang lain, yaitu anggota keluarga yang lain, dalam rangka berguru bermasyarakat dengan orang lain di luar keluarganya. Mengingat kehidupan keluarga sangat penting sebagai sarana berlatih menyebarkan kemampuan bersosialisasi (bergaul) dengan orang lain, maka tugas orangtua sangat dibutuhkan untuk memastikan anak-anaknya telah berlatih dengan baik dan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Untuk itu, sebagai pemimpin keluarga, ibu dan ayah diharapkan sanggup berperan sebagai wasit yang adil, jujur, dan tidak condong ke satu pihak. Kasus-kasus ibarat marah, bertengkar, bersaing, iri-hati, yaitu beberapa insiden kasatmata yang kerap terjadi di antara anak dengan saudara-saudaranya. Di sinilah kita diharapkan bisa mengajari bawah umur kita, bagaimana mengatasi masalah tersebut. Kepada bawah umur juga dibiasakan untuk selalu mempertimbangkan perasaan dan kepentingan orang lain, tidak hanya memerhatikan kepentingan sendiri. Inilah berguru berdemokrasi secara nyata, sehingga kelak anak menjadi seorang demokratis, yang menghargai dan menghormati orang lain.

Emosi yang tetap dingin


Anak-anak mempunyai kepekaan hati dalam menangkap suasana hati orangtuanya. Jika ibu dan ayah marah, gelisah, jengkel, dan perasaan lain sejenisnya, maka bawah umur juga akan terimbas mempunyai perasaan yang sama, sehingga mereka cenderung menjadi rewel dan susah diatur. Oleh alasannya yaitu itu, meskipun bawah umur telah menciptakan jengkel dan murka orangtua, berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk tetap sabar dan dingin. Pahami bahwa dunia bawah umur memang ibarat itu.

Membangun tenggang rasa dan jiwa gotong royong


Perasaan tenggang rasa terhadap kesulitan atau masalah orang lain serta jiwa gotong royong dan tolong-menolong bisa dibangun dalam keluarga, semenjak anak berusia dini. Ketika saudaranya sakit, anak bisa diajak mendoakan supaya saudaranya cepat sembuh. Ajak anak mengusap-usap atau mengelus kaki saudaranya yang sedang sakit. Pada kesempatan berbeda, untuk membangun jiwa gotong royong, ajak setiap anak untuk gotong royong orangtua dan semua anak membersihkan ruang tamu, membereskan kamar tidur, dan lain-lain sesuai dengan kemampuan masing-masing anak.

Memang, melibatkan anak dalam beres-beres rumah menimbulkan pengerjaan lebih lama, alasannya yaitu sering kali hasil kerja anak tidak ibarat yang diharapkan orangtua. Di sinilah dibutuhkan kesabaran ibu dan ayah serta pengertiannya bahwa semua itu bukan untuk hasil yang diperoleh, melainkan merupakan proses untuk membangun kepedulian, tanggung jawab, dan jiwa gotong-royong anak-anak.

Meminta izin anak sebelum menggunakan apa pun yang menjadi hak anak tersebut


Ibu dan ayah perlu mengajarkan melalui pola ataupun nasihat supaya meminta izin kepada pemiliknya (walaupun itu anaknya sendiri atau saudara) sebelum menggunakan sesuatu, entah itu pensil, tas, handuk, dan lain-lain yang menjadi hak milik seorang anaknya. Hal ini mengandung setidaknya dua makna: pertama, bermakna bahwa kita mengakui keberadaannya dan menghormati haknya; kedua, berarti mengajarkan secara eksklusif legalisasi terhadap hak-hak orang lain yang perlu dihormati.

Pentingnya menjaga jarak kelahiran


Agar abang bisa menjadi pengasuh adiknya dan adik sanggup menggandakan dengan baik keteladanan yang dilakukan kakaknya, maka perlu ada jarak kelahiran (selisih usia) yang ideal antara abang dan adiknya. Jarak kelahiran yang ideal setidaknya tiga tahun. Jarak minimal tiga tahun juga mengurangi risiko persaingan di antara mereka. Di sisi lain, jarak kelahiran minimum tiga tahun akan menampakkan perbedaan fisik dan perkembangan mental yang cukup berarti bagi keduanya.

Dengan demikian akan tumbuh perasaan abang yang merasa sudah lebih pandai balig cukup akal dan berkewajiban melindungi serta membimbing adiknya, sedangkan si adik merasa nyaman dalam derma kakaknya. Keuntungan lainnya dengan adanya jarak kelahiran yang cukup jauh yaitu sang abang telah lebih siap mendapatkan kelahiran adiknya dan lebih gampang jikalau diberi pengertian oleh orangtuanya dalam banyak sekali hal.

Kakak tidak harus selalu mengalah, adik tidak harus selalu dimenangkan


Dalam menuntaskan setiap persoalan, semua anak mempunyai kedudukan yang setara atau sederajat, tidak ada anak yang lebih diutamakan dan selalu dimenangkan. Si abang atau anak yang lebih besar tidak selalu harus menyerah dan si adik atau yang lebih muda tidak selalu dimenangkan. Misalnya, pada ketika mau mengambil minum, mengambil nasi ketika akan makan, menggunakan suatu mainan, dan lain-lain, maka yang didahulukan yaitu yang tiba atau mengantre duluan. Jika menyangkut mainan tertentu, buatlah akad kapan bergantiannya.

Dengan demikian tidak ada salah satu pihak yang merasa dikorbankan sedangkan pihak lainnya diuntungkan. Kelak di masyarakat, mereka akan mengalami hal yang sama, tidak ada yang diistimewakan, semua dalam posisi yang setara. Namun pada situasi tertentu, anak yang bau tanah diberi kesempatan memimpin dan mengatur adik-adiknya, dengan tetap dalam pengawasan dan bimbingan orangtuanya.

Selengkapnya silahkan download pada link berikut:

Buku Pedoman Mengatasi Persaingan Anak Usia Dini dan Saudara Kandung

Referensi: http://paudjateng.xahzgs.com

No comments:

Post a Comment