Sunday 10 February 2019

Jadi Arif Buku Aliran Perihal Cara Paling Efektif Menjawab Pertanyaan Anak Usia Dini


Kemampuan seorang anak dalam berbahasa menjadi sangat penting bagi perkembangan kecerdasannya. Semakin banyak kata yang dimiliki anak dan semakin rumit penggunaan kata-kata di dalam rangkaian sebuah kalimat sanggup memperlihatkan kecerdasan seorang anak. Tidaklah mengherankan anak yang bakir akan memperlihatkan harapan tahunya dengan cara banyak bertanya. Walaupun tidak berarti bahwa anak yang bakir itu selalu ceriwis atau sebaliknya. Keinginan tahu anak juga bisa ditampilkan dengan cara mengutak-atik benda yang ada dan lain-lain.

Kemampuan berpikir anak normal (tidak mengalami gangguan / keterlambatan perkembangan) mempunyai teladan yang khas. Anak mulai mempertanyakan perihal fakta-fakta melalui pertanyaan “apa”. Dengan bertambahnya usia dan kemampuan berpikirnya, anak mencoba bertanya "mengapa" (bertanya perihal alasannya yaitu dan akibat) hingga pada "bagaimana" (bertanya perihal proses). Untuk pertanyaan "apa", tidak sulit bagi ibu dan ayah menjawabnya. Tak demikian untuk menjelaskan pertanyaan "mengapa" dan "bagaimana", ibu dan ayah membutuhkan alasan dalam menjawabnya. Penting untuk menawarkan klarifikasi secara sederhana saja namun masuk akal.

Perlu dipahami, tidak semua anak sering bertanya. Ada anak pendiam lantaran memang secara keturunan berasal dari ibu dan ayah yang pendiam atau menggandakan dari lingkungan keluarga yang juga pendiam. Pola pengasuhan pun ikut berperan sehingga anak malas bertanya dan menjadi pendiam, semisal sering menyalahkan, sering melarang. Selain itu, anak sanggup menjadi pendiam lantaran keterlambatan perkembangan bahasa yang disebabkan oleh (1) gangguan secara fisik di alat telinga atau alat bicara, sehingga anak tidak bisa mendengar dan tidak bisa menirukan suara; (2) gangguan perkembangan di otak, sehingga terjadi keterbelakangan mental; dan (3) keterlambatan perkembangan akhir kurang stimulasi (perangsangan).

Apa pun pertanyaan yang diajukan anak, hendaknya mendapat tanggapan yang kasatmata dari ibu dan ayah atau orang sampaumur di sekitarnya. Tidak perlu marah-marah untuk menghentikannya, cukup dengan kalimat yang tegas dan sederhana seperti; "Tunggu sebentar ya, Nak, Ibu masih bicara dengan Ayah." Atau, "Wah, Ibu kurang tahu, nanti kita tanya Ayah, ya." Sikap yang tegas dan terperinci akan membantu anak mencar ilmu mengatur dirinya, kapan harus bertanya dan kapan harus berhenti sejenak. Jika ibu dan bapak merasa kewalahan, coba alihkan pada kegiatan-kegiatan lain yang bermakna.

Kadang-kadang orangtua menjadi jengkel lantaran anak usia dininya banyak bertanya dengan pertanyaan yang sama dan berulang-ulang. Mengapa anak menanyakan secara berulang-ulang? Hal ini disebabkan anak belum paham perihal tanggapan atas pertanyaannya. Selain juga, pertanyaan yang berulang merupakan cara anak untuk bisa mengingat perihal tanggapan yang diberikan.

Contoh, anak bertanya, "Apa tuh?" sambil menunjuk ke arah daun-daunan. Orangtua menjawab, “Itu daun, Nak.” Anak pun bertanya lagi "Apa, tuh?"sambil tetap menunjuk pada daun-daunan yang sama. Orangtua harus menjawab dengan tanggapan yang lebih lengkap seperti, "Oh, itu daun sirih. Daunnya lebar, ya. Wah, itu ada yang kuning, itu daun sirih yang layu." sambil kita memperlihatkan daun sirih tersebut. Berikan kesempatan pada anak untuk menyentuh dan mencium daun sirih itu sehingga anak menjadi tahu dan yakin akan daun sirih tersebut. Setelah anak bertanya, kita yang kembali bertanya kepadanya, "Nak, ini buah apa?" sambil menunjuk gambar buah jeruk. Jika anak belum bisa menjawab secara utuh, bisa kita pancing dengan, "Ini gambar buah je… ruk."

Ada juga belum dewasa yang bertanya berulang kali dengan pertanyaan yang sama untuk mendapat perhatian ibu dan bapak. Oleh lantaran itu, kalau anak bertanya, ibu dan bapak harus menjawab dengan penuh perhatian. Berikan waktu yang cukup untuk berbicara dan bermain dengan anak, serta gunakan bahasa badan yang benar. Jadi, saat anak berbicara dengan kita, coba perhatikan wajahnya, berjongkoklah biar pandangan anak sejajar dengan pandangan kita, dengarkan anak berbicara hingga tamat gres kemudian menjawabnya dengan santun. Tidak perlu tergesa-gesa menyimpulkan atau menolak pertanyaan anak. Anak pun sanggup bertanya dan bertanya lagi saat ia menghadapi situasi yang serupa dengan yang pernah dialaminya. Dalam kondisi ibarat ini, ibu dan bapak harus sanggup menawarkan klarifikasi yang lebih lengkap.

Tips membuatkan kecerdasan bahasa anak


Untuk membuatkan kecerdasan anak melalui bahasa, ada beberapa hal yang perlu dilakukan ibu dan bapak, di antaranya:

  1. Memberikan respons/tanggapan secepat mungkin. Ketika anak bertanya kepada kita, segeralah menjawabnya. Jangan menyia-nyiakan rasa ingin tahu dan kesempatan emas anak untuk mencar ilmu sesuatu.
  2. Menyediakan tanggapan yang sesuai dengan kemampuan berpikir anak.
  3. Berikan pertanyaan yang terkait dengan apa yang sedang anak tanyakan atau perhatikan. Siapkan pertanyaan pancingan biar anak mau menjawab secara lebih lengkap.
  4. Berikan tanggapan sebatas yang ditanyakan. Jawaban yang panjang lebar sanggup menciptakan anak bingung.
  5. Lakukan kontak mata saat berbicara dengan anak. Usahakan untuk menyesuaikan dengan tingkat penglihatan anak. Bila perlu, berjongkoklah saat berbicara dengan anak, sehingga ia bisa melihat mata kita dan sebaliknya.
  6. Jika orangtua tidak bisa menjawab, coba cari tanggapan dengan berusaha bersama anak, sehingga anak juga mencar ilmu bagaimana mencari sumber jawaban. Jangan asal menjawab lantaran belum dewasa sanggup salah mengerti.

Selengkapnya bisa anda download pada link berikut ini:

Buku Pedoman Tentang Cara Paling Efektif Menjawab Pertanyaan Anak Usia Dini

Referensi: paud.kemdikbud.go.id

No comments:

Post a Comment