Showing posts sorted by relevance for query cara-meningkatkan-motivasi-siswa-dalam-belajar. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query cara-meningkatkan-motivasi-siswa-dalam-belajar. Sort by date Show all posts

Thursday, 12 September 2019

Jadi Akil Cara Meningkatkan Motivasi Mencar Ilmu Siswa


Motivasi sanggup diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang sanggup menumbuhkan tingkat semangat dalam melaksanakan suatu acara belajar, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi instrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Menumbuhkan motivasi berguru siswa merupakan salah satu teknik dalam menyebarkan kemampuan dan kemauan belajar. Salah satu cara yang logis untuk momotivasi siswa dalam pembelajaran ialah mengaitkan pengalaman berguru dengan motivasi siswa. Guru sebagai orang yang membelajarkan siswa sangat berkepentingan dengan problem ini.

Sehingga sebagai guru atau calon guru sebisa mungkin kita harus selalu berupaya untuk sanggup meningkatkan motivasi berguru terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam berguru dengan memakai banyak sekali upaya yang sanggup dilakukan oleh guru yaitu:

  1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
  2. Membangkitkan motivasi siswa.
  3. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.
  4. Mengguanakan variasi metode penyajian yang menarik.
  5. Berilah kebanggaan yang masuk akal setiap keberhasilan siswa.
  6. Berikan penilaian.
  7. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.
  8. Ciptakan persaingan dan kerjasama

Faktor Motivasi


  1. Faktor instrinsik atau faktor dari dalam diri insan yang disebabkan oleh dorongan atan keinginan akan kebutuhan belajar, harapan, dan cita-cita.
  2. Faktor ekstrinsik juga mensugesti dalam motivasi belajar.
  3. Faktor ekstrinsik berupa adanya penghargaan, lingkungan berguru yang menyenangkan, dan acara berguru yang menarik.

Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)


Hierarki kebutuhan manusia:

  1. kebutuhan fisiologikal (physiological needs), ibarat : rasa lapar, haus, istirahat;
  2. kebutuhan rasa kondusif (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;
  3. kebutuhan akan kasih sayang (love needs);
  4. kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam banyak sekali simbol-simbol status; dan
  5. aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk menyebarkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga bermetamorfosis kemampuan nyata.

Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)


Dari McClelland dikenal ihwal teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. tiga ciri umum yaitu :

  1. sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat;
  2. menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul lantaran upaya-upaya mereka sendiri, dan
  3. menginginkan umpan balik ihwal keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)


Existence, Relatedness , Growth

  1. Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
  2. Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang "lebih tinggi" semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
  3. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar. 

Belajar


  • Gage  mengartikan 'belajar' sebagai suatu proses perubahan prilaku
  • Cronbach mendefinisikan belajar: "learning is shown by a change in behavior as a result of experience" (pembelajaran ditunjukkan oleh perubahan sikap sebagai hasil dari pengalaman)
  • Harold Spears menyampaikan bahwa: "learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction" (belajar ialah untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti arah).
  • Geoch, menegaskan bahwa: "learning is a change in performance as result of practice".

Paradigma Belajar


Dalam paradigma gres pendidikan, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk mengubah sikap siswa, tetapi membentuk abjad dan sikap mental profesional yang berorientasi pada global mindset. Fokus pembelajarannya ialah pada ‘mempelajari cara belajar’ (learning how to learn) dan bukan hanya semata pada mempelajari substansi mata pelajaran, tapi menjadi pembelajar sepanjang hayat (long life learners)

Motivasi Belajar


Ada empat katagori yang perlu diketahui oleh seorang guru yang baik terkait dengan motivasi "mengapa siswa belajar", yaitu

  1. Motivasi intrinsik (siswa berguru lantaran tertarik dengan tugas-tugas yang diberikan),
  2. Motivasi instrumental (siswa berguru lantaran akan mendapatkan konsekuensi: reward atau punishment),
  3. Motivasi sosial (siswa berguru lantaran wangsit dan gagasannya ingin dihargai), dan
  4. Motivasi prestasi (siswa berguru lantaran ingin memperlihatkan kepada orang lain bahwa beliau bisa melaksanakan kiprah yang diberikan oleh gurunya)

Strategi dan metode pembelajarannya ialah mengacu pada konsep konstruktivisme yang mendorong dan menghargai perjuangan berguru siswa dengan proses enquiry & discovery learning.

Paikem merupakan model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya.

  1. proses Interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb).
  2. proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman berguru mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, obrolan atau melalui simulasi role-play).
  3. proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali ihwal kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan).
  4. proses Eksplorasi (siswa mengalami pribadi dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan/atau wawancara). 

Teknik Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa


  1. Memberikan penghargaan dengan memakai kata-kata, ibarat ucapan anggun sekali, hebat, dan menakjubkan. Penghargaan yang dilakukan dengan kata-kata (verbal) ini mengandung makna yang positif lantaran akan mengakibatkan interaksi dan pengalaman pribadi bagi diri siswa itu sendiri
  2. Memberikan nilai ulangan sebagai pemacu siswa untuk berguru lebih giat. Dengan mengetahui hasi yang diperoleh dalam berguru maka siswa akan termotivasi untuk berguru lebih ulet lagi.
  3. Menumbuhkan dan mengakibatkan rasa ingin tahu dalam diri siswa. Rasa ingin tahu sanggup ditimbulkan oleh suasana yang mengejutkan atau tiba-tiba.
  4. Mengadakan permainan dan memakai simulasi. Mengemas pembelajaran dengan membuat suasana yang menarik sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan sanggup melibatkan afektif dan psikomotorik siswa. Proses pembelajaran yang menarik akan memudahkan siswa memahami dan mengingat apa yang disampaikan.
  5. Menumbuhkan persaingan dalam diri siswa. Maksudnya ialah guru memperlihatkan kiprah dalam setiap acara yang dilakukan, dimana siswa dalam melaksanakan tugasnya tidak berhubungan dengan siswa yang lainnya. Dengan demikian siswa akan sanggup membandingkan hasil pekerjaan yang dilakukannya dengan hasil siswa lainnya.
  6. Memberikan pola yang positif, artinya dalam memperlihatkan pekerjaan kepada siswa guru tidak dibenarkan meninggalkan ruangan untuk melaksanakan pekerjaannya lainnya.
  7. Penampilan guru; penampilan guru yang menarik, bersih, rapi, sopan dan tidak berlebih-lebihan akan memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Termasuk juga kepribadian guru, guru yang masuk kelas dengan wajah tersenyum dan menyapa siswa dengan ramah akan mebuat siswa merasa nyaman dan bahagia mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.

Indikator Keberhasilan


  1. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar
  2. Adanya keinginan, semangat dan kebutuhan dalam belajar.
  3. Memiliki harapan dan harapan masa depan

Itulah beberapa hal yang bisa menjadi motivasi guru dan siswa untuk meningkatkan kwalitas berguru di dalam atau diluar sekolah. Semoga bermanfaat...

Tuesday, 1 October 2019

Jadi Arif Cara Meningkatkan Motivasi Siswa Dalam Belajar


Motivasi sanggup diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang sanggup menjadikan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi instrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

A. INDIKATOR

  • Durasi kegiatan
  • Frekuensi kegiatan
  • Persistensi pada kegiatan
  • Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan
  • Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan
  • Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan aktivitas yang dilakukan
  • Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari aktivitas yang dilakukan
  • Arah sikap terhadap target kegiatan.

B. FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI

  • Faktor instrinsik atau faktor dari dalam diri insan yang disebabkan oleh dorongan atan keinginan akan kebutuhan belajar, harapan, dan cita-cita.
  • Faktor ekstrinsik juga mempengaruhi dalam motivasi belajar. Faktor ekstrinsik berupa adanya penghargaan, lingkungan berguru yang menyenangkan, dan aktivitas berguru yang menarik.

C. TEORI
Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)

  1. Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), menyerupai : rasa lapar, haus, istirahat.
  2. Kebutuhan rasa kondusif (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
  3. Kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
  4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam banyak sekali simbol-simbol status; dan
  5. Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk menyebarkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga menjelma kemampuan nyata.

Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal ihwal teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. tiga ciri umum yaitu:

  1. Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat;
  2. Menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul lantaran upaya-upaya mereka sendiri, dan
  3. Menginginkan umpan balik ihwal keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG) Existence, Relatedness , Growth

  1. Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya
  2. Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan
  3. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.

D. BELAJAR

  • Gage mengartikan 'belajar' sebagai suatu proses perubahan prilaku
  • Cronbach mendefinisikan belajar: "learning is shown by a change in behavior as a result of experience.
  • Harold Spears menyampaikan bahwa: learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.
  • Geoch, menegaskan bahwa: "learning is a change in performance as result of practice.

E. PARADIGMA BARU BELAJAR
Dalam paradigma gres pendidikan, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk mengubah sikap siswa, tetapi membentuk aksara dan sikap mental profesional yang berorientasi pada global mindset. Fokus pembelajarannya yaitu pada ‘mempelajari cara belajar’ (learning how to learn) dan bukan hanya semata pada mempelajari substansi mata pelajaran, tapi menjadi pembelajar sepanjang hayat (long life learners)

F. MOTIVASI BELAJAR
Ada empat katagori yang perlu diketahui oleh seorang guru yang baik terkait dengan motivasi “mengapa siswa belajar”, yaitu:

  1. Motivasi intrinsik (siswa berguru lantaran tertarik dengan tugas-tugas yang diberikan),
  2. Motivasi instrumental (siswa berguru lantaran akan mendapatkan konsekuensi: reward atau punishment)
  3. Motivasi sosial (siswa berguru lantaran pandangan gres dan gagasannya ingin dihargai), dan
  4. Motivasi prestasi (siswa berguru lantaran ingin memperlihatkan kepada orang lain bahwa beliau bisa melaksanakan kiprah yang diberikan oleh gurunya).

G. STRATEGI
Strategi dan metoda pembelajarannya yaitu mengacu pada konsep konstruktivisme yang mendorong dan menghargai perjuangan berguru siswa dengan proses enquiry & discovery learning.

H. KENAPA PAIKEM
Paikem merupakan model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya.

  1. Proses Interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb)
  2. Proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman berguru mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, obrolan atau melalui simulasi role-play)
  3. Proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali ihwal kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan)
  4. Proses Eksplorasi (siswa mengalami eksklusif dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan/atau wawancara).

I. TEKNIK-TEKNIK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

  1. Memberikan penghargaan dengan memakai kata-kata, menyerupai ucapan manis sekali, hebat, dan menakjubkan. Penghargaan yang dilakukan dengan kata-kata (verbal) ini mengandung makna yang positif lantaran akan menjadikan interaksi dan pengalaman pribadi bagi diri siswa itu sendiri
  2. Memberikan nilai ulangan sebagai pemacu siswa untuk berguru lebih giat. Dengan mengetahui hasi yang diperoleh dalam berguru maka siswa akan termotivasi untuk berguru lebih ulet lagi
  3. Menumbuhkan dan menjadikan rasa ingin tahu dalam diri siswa. Rasa ingin tahu sanggup ditimbulkan oleh suasana yang mengejutkan atau tiba-tiba
  4. Mengadakan permainan dan memakai simulasi. Mengemas pembelajaran dengan membuat suasana yang menarik sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan sanggup melibatkan afektif dan psikomotorik siswa. Proses pembelajaran yang menarik akan memudahkan siswa memahami dan mengingat apa yang disampaikan
  5. Menumbuhkan persaingan dalam diri siswa. Maksudnya yaitu guru menawarkan kiprah dalam setiap aktivitas yang dilakukan, dimana siswa dalam melaksanakan tugasnya tidak berhubungan dengan siswa yang lainnya. Dengan demikian siswa akan sanggup membandingkan hasil pekerjaan yang dilakukannya dengan hasil siswa lainnya
  6. Memberikan referensi yang positif, artinya dalam menawarkan pekerjaan kepada siswa guru tidak dibenarkan meninggalkan ruangan untuk melaksanakan pekerjaannya lainnya
  7. Penampilan guru; penampilan guru yang menarik, bersih, rapi, sopan dan tidak berlebih-lebihan akan memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Termasuk juga kepribadian guru, guru yang masuk kelas dengan wajah tersenyum dan menyapa siswa dengan ramah akan mebuat siswa merasa nyaman dan bahagia mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.

J. INDIKATOR KEBERHASILAN
  1. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar
  2. Adanya keinginan, semangat dan kebutuhan dalam belajar
  3. Memiliki harapan dan keinginan masa depan

Sunday, 24 January 2016

Jadi Pintar Tugas Guru Sebagai Motivator Dalam Acara Berguru Mengajar


Dalam proses pembelajran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk berguru sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Dengan demikian, sanggup dikatakan siswa yang berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh kemampuannya yang rendah pula, akan tetapi mungkin disebabkan oleh tidak adanya dorongan atau motivasi.

Kemudian apa yang disebut motivasi itu? Woodwort (1955) mengatakan: "A motive is a set predisposes the individual of certain activities and for seeking certain goals". Suatu motif yaitu suatu set yang sanggup membuat individu melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, sikap atau tindakan yang ditunjukkan seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertentu sangat tergantung dari motive yang dimilikinya. Arden (1957) menegaskan "motives as internal condition arouse sustain, direct and determain the intensity of learning effort, and also define the set satisfying or unsatisfyng consequences of goal".

Dari definisi tersebut maka jelas, berpengaruh lemahnya atau semangat tidaknya perjuangan yang dilakukan seseorang untuk mecapai suatu tujuan akan ditentukan oleh berpengaruh lemahnya motife yang dimiliki orang tersebut. Motif dan motivasi merupakan dua hal yang tidak sanggup dipisahkan. Motivasi merupakan penjelmaan dari motive yang sanggup dilihat dari sikap yang ditunjukkan seseorang. Hilgard menyampaikan bahwa motivasi yaitu suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mengakibatkan seseorang melaksanakan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Makara dengan demikian, motivasi muncul dari dalam diri seseorang.

Motivasi sangat erat hubugannya dengan kebutuhan, lantaran memang motivasi muncul lantaran kebutuhan. Seseorang akan terdorong untuk bertindak manakala dalam dirinya ada kebutuhan. Kebutuhan ini yang menjadikan keadaan ketidakseimbangan (ketidak puasaan), yaitu ketegangan-ketegangan, dan ketegangan itu akan hilang manakala kebutuhan itu telah terpenuhi.

Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh lantaran itu guru perlu menumbuhkan motivasi berguru siswa. Untuk memperoleh hasil berguru yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi berguru siswa. Di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk.

1. Memperjelas Tujuan yang Ingin Dicapai


Tujuan yang terang sanggup membuat siswa paham ke arah mana ia ingin di bawa. Pemahaman siswa wacana tujuan pembelajaran sanggup menumbuhkan minat siswa untuk berguru yang pada gilirannya sanggup meningkatkan motivasi berguru mereka. Semakin terang tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin berpengaruh motivasi berguru siswa. Oleh lantaran itu sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.

2. Membangkitkan Minat Siswa


Siswa akan terdorong untuk belajar, manakala mereka mempunyai minat untuk belajar. Oleh lantaran itu berbagi minat berguru siswa merupakan salah satu teknik dalam berbagi motivasi belajar. Beberapa cara sanggup dilakukan untuk membangkitkan minat berguru siswa di antaranya:

  • Hubungkan materi pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia sanggup menangkap bahwa materi pelajaran itu mempunyai kegunaan untuk kehidupannya. Dengan demikian guru perlu menjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.
  • Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan sanggup diikuti dengan baik dan sanggup menjadikan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal, kegagalan itu sanggup membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya minat siswa akan tumbuh bila ia mendapat kesuksesan dalam belajar.
  • Gunakan perbagai model dan taktik pembalajran secara bervariasi contohnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi dan lain sebagainya.

3. Ciptakan Suasana yang Menyenangkan dalam Belajar


Siswa hanya mungkin sanggup berguru dengan baik, manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa kondusif bebas dari rasa takut. Usahakan semoga kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-kali sanggup melaksanakan hal-hal yang lucu.

4. Berilah Pujian yang Wajar terhadap Setiap Keberhasilan Siswa


Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan kebanggaan yang masuk akal merupakan salah satu cara yang sanggup dilakukan untuk menawarkan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata, justru ada anak yang merasa tidak bahagia dengan kata-kata. Pujian sebagai penghargaan bisa dilakukan dengan instruksi contohnya senyuman dan anggukan yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan.

5. Berikan Penilaian


Banyak siswa yang berguru lantaran ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka berguru dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai sanggup menjadi motivasi yang berpengaruh untuk belajar. Oleh lantaran itu evaluasi harus dilakukan dengan segera, semoga siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.

6. Berilah Komentar terhadap Hasil Pekerjaan Siswa


Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan menawarkan komentar yang positif. Setelah siswa simpulan mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya contohnya dengan menawarkan goresan pena “bagus”, atau “teruskan pekerjanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang aktual sanggup meningkatkan motivasi berguru siswa.

7. Ciptakan Persaingan dan Kerjasama


Persaingan yang sehat sanggup menawarkan imbas yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. Oleh lantaran itu guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antara kelompok maupun antar individu. Namun demikian, diakui persaingan tidak selamanya menguntungkan, khususnya untuk siswa yang memang dirasakan tidak bisa untuk bersaing, oleh lantaran itu pendekatan cooperative learning sanggup dipertimbangkan untuk membuat persaingan antar kelompok.

Disamping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi berguru siswa di atas adakalanya motivasi itu juga sanggup dibangkitkan dengan cara-cara lain yang sifatnya negatif menyerupai menawarkan hukuman, teguran dan kecaman, menawarkan kiprah yang sedikit berat (menantang). Namun teknik-teknik semacam itu hanya sanggup dipakai dalam kasus-kasus tertentu. Beberapa hebat menyampaikan dengan membangkitkan motivasi dengan cara-cara semacam itu lebih banyak merugikan siswa. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan cara-cara yang positif, sebaiknya membangkitkan motivasi dengan cara negatif dihindari.

Sunday, 11 August 2019

Jadi Bakir 12 Prinsip Dan Cara Meningkatkan Motivasi Siswa Dalam Belajar


Motivasi merupakan faktor yang berarti dalam pencapaian prestasi belajar. Dua pembangkit motivasi berguru yang efektif yakni keingintahuan dan keyakinan akan kemampuan diri. Setiap penerima didik mempunyai rasa ingin tahu. Guru perlu menyalurkan dengan cara antara lain mengajukan pertanyaan di luar kebiasaan.

Keyakinan akan kemampuan diri sanggup ditumbuhkan dengan yara menunjukkan kiprah yang sanggup mereka selesaikan. Guru perlu menunjukkan penguatan bahwa mereka niscaya bisa.

1. Kebermaknaan


Peserta didik akan termotivasi untuk berguru kalau acara dan materi berguru dirasa bermakna bagi dirinya. Kebermaknaan lazimnya terkait dengan bakat, minat, pengetahuan dan tata nilai penerima didik.

2. Pengetahuan dan keterampilan prasyarat


Peserta didik akan sanggup berguru dengan baik kalau beliau telah menguasai semua prasyarat baik berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Oleh sebab itu, penerima didik akan memakai pengetahuan awalnya untuk menafsirkan info dan pengalamannya. Penafsiran itu akan membangun pemahaman yang dipengaruhi oleh pengetahuan awal. Dengan demikian, guru perlu memahami pengetahuan awal penerima didik untuk dikaitkan dengan materi yang akan dipelajarinya sehingga menciptakan berguru menjadi lebih bermakna.

3. Model


Peserta didik akan menguasai keterampilan gres dengan baik kalau guru memberi referensi sebagai model untuk dilihat dan ditiru.

4. Komunikasi terbuka


Peserta didik akan termotivasi untuk berguru kalau penyampaian dilakukan secara terstruktur. sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif penerima didik sehingga pesan pembelajaran sanggup dievaluasi dengan tepat.

5. Keaslian dan kiprah yang menantang


Peserta didik akan termotivasi untuk berguru kalau mereka disediakan materi, acara gres atau gagasan mumi/asli (novelty) dan berbeda. Kebaruan atau keaslian gagasan akan menambah konsenfrasi mereka pada pelajaran. Hal ini besar lengan berkuasa pada pencapaian hasil belajar. Konsentrasi juga sanggup bertambah bila mereka menghadapi kiprah yang menantang dan sedikit melebihi -kemampuannya. Sebaliknya bila kiprah terlalu jauh dari akan terjadi kecemasan, dan bila kiprah kurang dari kemanu)uannyaakan terjadi kebosanan.

6. Latihan yang sempurna dan aktif


Peserta didik akan sanggup menguasai materi pembelajaran dengan efektif kalau KBM menunjukkan acara latihan yang sesuai dengan kemampuan, dan mereka sanggup berperan aktif untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

7. Penilaian tugas


Peserta didik akan memperoleh pencapaian berguru yang efektif kalau kiprah dibagi dalam rentang waktu yang tidak terlalu panjang dengan frekuensi pengulangan yang tinggi.

8. Kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan


Peserta didik akan berguru dan terus belajar, kalau kondisi berguru dibentuk menyenangkan, nyaman dan jauh dari sikap yang menyakitkan perasaan mereka. Belajar melibatkan perasaan. Suasana berguru yang menyenangkan akan diharapkan sebab otak tidak akan bekerja optimal bila perasaan dalam keadaan tertekan. Perasaan bahagia biasanya akan muncul bila berguru diwujudkan dalam bentuk permainan, khususnya pada pendidikan usia dini. Selanjutnya bermain sanggup dikembangkan men-jadi eksperimental yang lebih tinggi.

9. Keragaman Pendekatan


Peserta didik akan berguru kalau mereka diberi kesempatan untuk menentukan dan memakai aneka macam pendekatan dan sfrategi belajar. Pengalaman berguru tidak hanya berorientasi pada buku teks, tetapi juga sanggup dikemas dalam aneka macam acara mudah menyerupai proyek, simulasi, drama, dan/atau penelitian, atau pengujian.

10. Mengembangkan bermacam-macam kemampuan


Peserta didik akan sanggup berguru secara optimal kalau pengalaman berguru yang disajikan sanggup berbagi berbagai. kemampuan menyerupai kemampuan logis, matematis, bahasa, musik, gerak tubuh (kinestetik) dan kemampuan inter maupun intra personal. Tiap penerima didik mempunyai lebih dari satu kecerdasan yang mencakup kecerdasan: musik, gerak tubuh (kinestetik), logika-matematika, bahasa, ruang, intra pribadi, danantar pribadi. Sekolah perlu menyediakan aneka macam pengalaman berguru yang memungkinkan kecerdasan itu berkembang; sehingga anak dengan aneka macam kecerdasan yang berbeda sanggup terlayani secara optimal.

11. Melibatkan sebanyak mungkin indera


Peserta didik akanv menguasai hasil berguru dengan optimal kalau dalam belajai dimungkinkan memakai sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan isi pembelajaran.

12. Keseimbangan pengafuran pengalaman belajar


Peserta didik akan menguasai materi pembelajaran kalau pengalaman berguru diatur sedemikian rupa sehingga mereka mempunyai suatu refleksi penghayatan, kesempatan untuk menciptakan mengungkapkan, dan mengevaluasi apa yang beliau pelajari. Pengalaman berguru hendaknya juga menyediakan proporsi yang seimbang antara proteksi info dan penyajian terapannya.

Memikirkan ulang (refleksi) apa yang sedang dipikirkan. atau apa yang sedang dikerjakan menpakan acara penting dalam memantapkan pemahaman. Proses pikir ulang ini akan terjadi bila pemahaman yang dihasilkan dikomunikasikan dan ditanggapi dengan wujud diskusi (interaksi).

Refleksi sanggup juga terjadi bila guru sering mengajukan pertanyaan seperti: "Mengapa kau beropini menyerupai itu?" Mengingat berguru yakni proses membangun pemahaman mereka, maka mereka perlu diberi waktu yang memadai untuk melakukanproses itu. Artinya, berikan waktu yang cukup untuk berpikir saat mereka menghadapi masalah. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk berguru artinya menunjukkan kesempatan untuk membangun sendiri gagasannya.

Monday, 30 September 2019

Jadi Cendekia Skripsi Kooperatif Tipe Teams Games Tournament


Skripsi Kooperatif Tipe Teams Games Tournament. Skripsi ini lengkap dengan dengan semua contoh dokumen yang harus diselesaikan dalam penyusunan skripsi. ibarat RPP, LKS, kisi-kisi soal, lembar tes, nilai raport siswa, lembar observasi, angket, analisis data (validitas, reabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran),

Manual; Sumber daya insan memerlukan Pendidikan sebagai salah satu alat pemberdayaan, dimana pendidikan tersebut memegang peranan penting dalam mewujudkan sumber daya insan yang berkualitas.

Salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya insan yang berkualitas adalah  dengan melalui pendidikan formal ibarat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA. Melalui penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas diharapkan akan bisa mencapai arah dan tujuan Pendidikan Nasional. Seperti yang telah tersirat dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 wacana sistem pendidikan nasional, bahwa pendidikan diartikan sebagai perjuangan sadar dan berkala untuk mewujudkan suasana mencar ilmu dan proses pembelajaran semoga penerima didik secara aktif membuatkan potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, budbahasa mulia, serta keterampilan yang diharapkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan nasional bertujuan membuatkan potensi penerima didik semoga menjadi insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, berdikari dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (dalam Sugiono;2008:22). Oleh lantaran itu, diharapkan rumusan kecerdikan yang pokok sehingga sanggup dijadikan pola oleh pendidik dalam mengemban kiprah sebagai guru. Salah satu rumusan kecerdikan tersebut yaitu kurikulum. Kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, bahan standard, dan hasil belajar, serta cara yang dipakai sebagai pedoman penyelenggaraan aktivitas pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan.

Kurikulum yang diterapkan di Indonesia ketika ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sangat dituntut keaktifan siswa dalam belajar, proses pembelajaran tidak hanya didominasi oleh pendidik tetapi siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Oleh alasannya yaitu itu, guru dituntut menjadi seorang pengajar profesional yang mempunyai kemampuan (skiil) serta bisa menerapkan model pembelajaran atau pendekatan pembelajaran yang sempurna sesuai dengan bahan yang akan diajarkan. Hal ini bertujuan untuk mencapai hasil mencar ilmu yang optimal dan sanggup meningkatkan motivasi pada diri siswa. Selain itu juga dimaksudkan untuk membuat suasana mencar ilmu yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa jenuh dan semakin aktif dalam proses belajar.

Salah satu pembelajaran yang sanggup meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa yaitu pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif yaitu solusi ideal terhadap duduk kasus penyediaan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada siswa dari latar belakang etnik yang berbeda (Slavin , 2008:103).

Model Pembelajaran Kooperatif memasukkan tujuan-tujuan kelompok dan tanggung jawab individual mengatakan efek positif yang konkret pada hasil mencar ilmu siswa, di samping itu pembelajaran kooperatif mempunyai dampak yang positif juga terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya, manfaat pembelajaran kooperatif untuk siswa dengan mencar ilmu rendah antara lain meningkatkan motivasi dan meningkatkan hasil belajar. (Slavin , 2008:104).

Skripsi Kooperatif Tipe Teams Games Tournament

Dalam pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe, diantaranya yaitu TGT (Team Game Tournament). Pembelajaran kooperatif tipe TGT menekankan pada kompetisi kegiatan, aktivitas tersebut ibarat STAD, tetapi kompetisi pada TGT dilakukan dengan cara membandingkan kemampuan antara anggota tim dalam suatu bentuk tournament.

Menurut De Varies Dan Slavin (dalam Ratumanan, 2002:115) menyatakan bahwa dalam pendekatan TGT ini merupakan cara efektif yang sanggup merubah pola diskusi dalam kelas dan menuntaskan masalah/memecahkan duduk kasus yang diberikan oleh guru. Siswa akan bertemu satu ahad satu kali pada meja tournament dengan dua rekan dari kelompok lain sebagai ganti tes tertulis untuk membandingkan kemampuan kelompoknya dengan kelompok lain. Model pembelajaran tipe TGT memotivasi siswa untuk berfikir serta bisa membantu satu sama lain. Dengan demikian siswa sanggup memecahkan duduk kasus serta sanggup memahami bahan yang telah dijelaskan oleh guru.

Sunday, 24 January 2016

Jadi Bakir Makna / Arti Dan 3 Prinsip Penting Dalam Proses Pembelajaran


Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan bukan hanya sekedar memberikan materi pelajaran akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian sering diistilahkan dengan pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses mencar ilmu mengajar siswa harus dijadikan sebagai sentra dari kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan akseptor didik. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi akseptor didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan sikap khusus supaya setiap individu bisa menjadi pebelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar.

Dalam implementasinya, walaupun istilah yang dipakai "pembelajaran", tidak berarti guru harus menghilangkan kiprahnya sebagai pengajar, alasannya ialah secara konseptual intinya dalam istilah mengajar itu juga bermakna membelajarkan siswa. Mengajar-belajar ialah dua istilah yang mempunyai satu makna yang tidak sanggup dipisahkan. Mengajar ialah suatu acara yang sanggup membuat siswa belajar. Keterkaitan antara mengajar dan mencar ilmu diistilahkan Dewey sebagai "menjual dan membeli" Teaching is to Learning as Selling is to Buying. Artinya, seseorang mustahil akan menjual manakala tidak ada orang yang membeli, yang berarti tidak akan ada perbuatan mengajar manakala tidak membuat seseorang belajar. Dengan demikian dalam istilah mengajar, juga terkandung proses mencar ilmu siswa. Inilah makna pembelajaran.

baca: model dan jenis pembelajaran

Dalam konteks pembelajaran, sama sekali tidak berarti memperbesar peranan siswa disatu pihak dan memperkecil peranan guru di pihak lain. Dalam istilah pembelajaran, guru tetap harus berperan secara optimal demikian juga halnya dengan siswa. Perbedaan dominasi dan acara di atas, hanya menerangkan kepada perbedaan tugas-tugas atau perlakuan guru dan siswa terhadap materi dan proses pembelajaran. Sebagai teladan saat guru memilih proses mencar ilmu mengajar dengan memakai metoda buzz group (diskusi kelompok kecil), yang lebih menekankan kepada acara siswa, maka tidak berarti kiprah guru semakin kecil. Ia akan tetap dituntut berperan secara optimal semoga proses pembelajaran dengan buzz group itu berlagsung dengan baik dan optimal. Demikian juga sebaliknya saat guru memakai pendekatan ekspositori (contohnya dengan ceramah) dalam pembelajaran, tidak berarti kiprah siswa menjadi semakin kecil. Mereka harus tetap berperan secara optimal dalam rangka menguasai dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Dari uraian tersebut, maka nampak terang bahwa istilah "pembelajaran" (instruction) itu memperlihatkan pada perjuangan siswa mempelajari materi pelajaran sebagai akhir perlakuan guru. Disini jelas, proses pembelajaran yang dilakukan siswa mustahil terjadi tanpa perlakuan guru. Yang membedakannya hanya terletak pada peranannya saja.

Bruce Weil, (1980) mengemukakan tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran semacam ini.
Pertama, proses pembelajaran ialah membentuk kreasi lingkungan yang sanggup membentuk atau merubah struktur kognitif siswa. Tujuan pengaturan lingkungan ini dimaksudkan untuk menyediakan pengalaman mencar ilmu yang memberi latihan-latihan penggunaan fakta-fakta. Menurut Piaget, struktur kognitif akan tumbuh manakala siswa mempunyai pengalaman belajar. Oleh lantaran itu proses pembelajaran menuntut acara siswa secara penuh untuk mencari dan menemukan sendiri.

Kedua, bekerjasama dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari. Ada tiga tipe pengetahuan yang masing-masing memerlukan situasi yang berbeda dalam mempelajarinya. Pengetahuan tersebut ialah pengetahuan fisik, sosial dan logika. Pengetahuan fisis ialah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu objek atau insiden menyerupai bentuk, besar, berat, serta bagaimana objek itu berinteraksi satu dengan yang lainnya. Pengetahuan fisis diperoleh melalui pengalaman indra secara langsung. Misalkan anak memegang kain sutra yang terasa halus, atau memegang logam yang bersifat keras dan lain sebagainya. Dari tindakantindakan eksklusif itulah anak membentuk struktur kognitif perihal sutra dan logam.

Pengetahuan sosial bekerjasama dengan sikap individu dalam suatu sistem sosial atau korelasi antara insan yang sanggup mempengaruhi interaksi sosial. Contoh pengetahuan perihal aturan, hukum, moral, nilai, bahasa dan lain sebagainya. Pengetahuan perihal hal di atas, muncul dalam budaya tertentu sehingga sanggup berbeda antara kelompok yang satu dengan yang lain. Pengetahuan sosial tidak sanggup dibuat dari suatu tindakan seseorang terhadap suatu objek, tetapi dibuat dari interaksi seseorang dengan orang lain. Ketika anak melaksanakan interaksi dengan temannya, maka kesempatan untuk membangun pengetahuan sosial sanggup berkembang (Wadsworth, 1989)

Pengetahuan budi bekerjasama dengan berpikir matematis, yaitu pengetahuan yang dibuat menurut pengalaman dengan suatu objek dan insiden tertentu. Pengetahuan ini didapatkan dari abstraksi menurut koordinasi korelasi atau penggunaan objek. Pengetahuan logis hanya akan berkembang manakala anak bekerjasama dan bertindak dengan suatu objek, walaupun objek yang dipelajarinya tidak menawarkan isu atau tidak membuat pengetahuan matematis.

Pengetahuan ini diciptakan dan dibuat oleh pikiran individu itu sendiri, sedangkan objek yang dipelajarinya hanya bertindak sebagai media saja. Misalkan pengetahuan perihal bilangan, anak sanggup bermain dengan himpunan kelereng atau apa saja yang sanggup dikondisikan. Dalam konteks ini anak tidak mempelajari kelereng sebagai sumber pengetahuan, akan tetapi kelereng merupakan alat untuk memahami bilangan matematis. Jenis-jenis pengetahuan itu mempunyai karakteristik tersendiri, oleh lantaran itu pengalaman mencar ilmu yang harus dimiliki oleh siswa mestinya berbeda.

baca: cara meningkatkan motivasi mencar ilmu siswa

Ketiga, dalam proses pembelajaran harus melibatkan kiprah lingkungan sosial. Anak akan lebih baik mempelajari pengetahuan budi dan sosial dari temannya sendiri. Melalui pergaulan dan korelasi sosial, anak akan mencar ilmu lebih efektif dibandingkan dengan mencar ilmu yang menjauhkan dari korelasi sosial. Oleh karena, melalui korelasi sosial itulah anak berinteraksi dan berkomunikasi, membuatkan pengalaman dan lain sebagainya, yang memungkinkan mereka berkembang secara wajar.

Selama menjalani proses kehidupannya, dari mulai lahir hingga dengan final hayatnya insan tidak akan terlepas dari duduk kasus atau masalah. Selama kehidupannya insan mempunyai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut insan akan dihadapkan pada banyak sekali rintangan. Manakala ia berhasil mencapai rintangan itu, selanjutnya ia akan dihadapkan pada tujuan gres yang semakin berat, manakala ia berhasil mengatasi rintangan itu, maka segera akan muncul tujuan yang lain, demikianlah kehidupan manusia. Manusia yang berkualitas dan sukses, ialah insan yang bisa menembus setiap tantangan yang muncul. Dan insan gagal ialah insan yang tidak bisa mengatasi setiap kendala sehingga ia akan tergusur oleh perubahan zaman yang sangat cepat berubah.

Atas dasar uraian di atas, maka proses pembelajaran harus diarahkan semoga siswa bisa mengatasi setiap tantangan dan rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui sejumlah kompetensi yang harus dimiliki, yang meliputi, kompetensi akademik, kompetensi okupasional, kompetensi kultural dan kompetensi temporal. Itulah sebabnya, makna mencar ilmu bukan hanya mendorong anak semoga bisa menguasai sejumlah materi pelajaran akan tetapi bagaimana semoga anak itu mempunyai sejumlah kompetensi untuk bisa menghadapi rintangan yang muncul sesuai dengan perubahan pola kehidupan masyarakat.

Tuesday, 1 October 2019

Jadi Arif Metode Pembelajaran Student Facilitator And Explaining


Pengertian Metode Pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Makna dasar dari model pembelajaran ini dalam proses mencar ilmu mengajar yakni menyajikan atau mendemonstrasikan materi didepan penerima didik kemudian memperlihatkan kesempatan kepada penerima didik untuk menjelaskan kepada teman-temannya. Jadi, Model Student Facilitator and Explaining yakni rangkai penyajian materi didik yang diawali dengan menjelaskannya dengan didemonstrasikan, kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kembali kepada rekan-rekannya dan diakhiri dengan penyampaian semua materi kepada siswa.

Model Student Facilitator and Explaining dilakukan dengan cara penguasaan siswa terhadap bahan-bahan pembelajaran melalui imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankan sebagai tokoh baik pada benda hidup atau benda mati. Model ini sanggup dilakukan secara individu atupun secara kelompok. Oleh karenanya, model ini sanggup meningkatkan motivasi belajar, antusias, keaktifan dan rasa bahagia dalam mencar ilmu siswa.

Manfaat Metode Pembelajaran Student Facilitator and Explaining


Pada pembelajaran memakai metode Student Facilitator and Explaining bermanfaat bahwa untuk memperbanyak pengalaman serta meningkatkan motivasi mencar ilmu yang mempengaruhi keaktifan mencar ilmu siswa yaitu dengan memakai model pembelajaran Student facilitator and explaining. Dengan memakai metode pembelajaran ini sanggup meningkatkan antusias, motivasi, keaktifan dan rasa bahagia siswa sanggup terjadi. Sehingga sangat cocok di pilih guru untuk dipakai pada pembelajaran matematika.

Langkah-langkah Metode Student Facilitator and Explaining (SFAE)


  1. Guru memberikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru mendemonstrasikan / menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran
  3. Guru membagi siswa membentuk kelompok dengan sobat sebangkunya
  4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, contohnya melalui skema / peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
  5. Guru menyimpulkan wangsit / pendapat dari siswa
  6. Guru membuktikan semua materi yang disajikan ketika ini
  7. Penutup. (Suprijono, 2009:128)

D. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

  1. Kelebihan
    • Materi yang disampaikan lebih terang dan konkrit
    • Dapat meningkatkan daya serap siswa alasannya yakni pembelajaran dilakukan dengan demonstrasi
    • Melatih siswa untuk menjadi guru, alasannya yakni siswa diberikan kesempatan untuk mengulangi klarifikasi guru yang telah beliau dengar
    • Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi ajar.
    • Mengetahui kemampuan siswa dalam memberikan wangsit atau gagasan.
  2. Kelemahan
    • Siswa yang aib tidak mau mendemonstrasikan apa yang diperintahkan oleh guru kepadanya atau banyak siswa yang kurang aktif.
    • Tidak semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukannya (menjelaskan kembali kepada teman-temannya alasannya yakni keterbatasan waktu pembelajaran)
    • Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang terampil
    • Tidak gampang bagi siswa untuk menciptakan peta konsep atau membuktikan materi didik secara ringkas
  3. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Student Facilitator and Explaining
    • Merencanakan proses pembelajaran sebaik mungkin serta memperhatikan alokasi waktu dan pembagian waktu pada tiap fasenya
    • Memilih materi yang cocok sesuai dengan langkah-langkah metode student facilitator and explaining
    • Guru membuktikan terlebih dahulu materi yang akan didemontrasikan secara singkat dan terang disertai dengan aplikasinya.
    • Ketika diskusi berlangsung guru menghampiri tiap-tiap kelompok untuk mengontrol hasil diskusi siswa. Sehingga nantinya siswa bisa bertanya kepada guru jikalau ada yang tidak dimengerti.

Referensi :
/search?q=model-pembelajaran-student-facilitator_30
Strategi pembelajaran matematika kontemporer. Malang: Jica. 2003

Sunday, 13 October 2019

Jadi Cendekia Mengetahui Lebih Detail Ihwal Metode Guide Note Taking


Pengertian Guide Note Taking. Silberman (2012: 123) menguraikan bahwa guide note taking ialah metode pembelajaran dimana Anda menyediakan formulir atau lembar yang telah dipersiapkan. Lembar ini menginstruksikan siswa untuk menciptakan catatan sewaktu Anda mengajar. Gerak fisik yang minimal menyerupai ini pun akan melibatkan siswa ketimbang jikalau kita sekedar menyediakan buku pegangan yang lengkap. Ada bermacam metode untuk menciptakan catatan secara terarah. Yang paling sederhana di antaranya ialah mengisi bagian-bagian yang kosong.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Zaini, dkk (2008: 32) yang menyatakan dalam taktik ini, sebagai pengajar, Anda menyiapkan suatu skema atau skema atau yang lain yang sanggup membantu penerima didik dalam menciptakan catatan-catatan ketika Anda memberikan materi pelajaran. Ada banyak bentuk atau contoh yang sanggup dikerjakan untuk taktik ini, salah satunya dan yang paling sederhana ialah mengisi titik-titik.

Sedangkan Suprijono (2012: 105) menyatakan bahwa metode pembelajaran yang memakai suatu bagan, skema (handout) sebagai media yang sanggup membantu siswa dalam menciptakan catatan ketika seorang guru sedang memberikan pelajaran dengan metode ceramah. Tujuan Metode pembelajaran guided note taking ialah semoga metode ceramah yang dikembangkan oleh guru menerima perhatian siswa, terutama pada kelas yang jumlah siswanya cukup banyak.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas sanggup disimpulkan bahwa metode guide note taking ialah metode pembelajaran yang fungsinya mengarahkan siswa menciptakan catatan yang sistematis terhadap pembelajaran yang sedang dihadapi dengan cara mengisi kepingan yang kosong dari  bagan, skema, formulir atau bentuk lainnya yang telah disiapkan guru.

Manfaat Metode Guide Note Taking


  1. Siswa dikondisikan dalam perilaku mencari (aktif) bukan sekedar mendapatkan (reaktif).
  2. Membuat siswa tertarik untuk mendapatkan info atau menguasai keterampilan guna menuntaskan kiprah yang diberikan kepada mereka. (Silberman, 2012: 116)
  3. Dapat dikembangkan untuk mengetahui stock of knowledge penerima didik.
  4. Membuat metode ceramah yang dibawakan guru menerima perhatian siswa.
  5. Membuat penerima didik tetap berkonsentrasi dari awal hingga tamat pembelajaran (Suprijono, 2012: 105)
  6. Membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar.

Langkah - Langkah Guide Note Taking


Langkah-langkah guide note taking berdasarkan Silberman (2012: 123) ialah guru menyiapkan catatan yang memuat perihal keseluruhan materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh penerima didik. Beberapa kepingan yang penting dari catatan tersebut sengaja dikosongkan. Selanjutnya, sebelum pelajaran berlangsung lembar catatan tersebut dibagikan kepada penerima didik dan dijelaskan bahwa ada beberapa catatan yang sengaja dikosongkan dan harus diisi siswa ketika guru memberikan materi dengan metode ceramah.

Adapun langkah – langkah pembelajaran metode Guide Note Taking menurut  (Agus Suprijono, 2012: 105) ialah sebagai berikut :

  1. Memberi materi didik contohnya berupa handout kepada siswa
  2. Materi didik disampaikan dengan metode ceramah.
  3. Mengosongi sebagian poin-poin yang penting sehingga terdapat bagian-bagian yang kosong dalam handout tersebut, contohnya dengan mengosongkan istilah atau definisi atau bisa dengan cara menghilangkan beberapa kata kunci.
  4. Menjelaskan kepada penerima didik bahwa kepingan yang kosong dalam handout memang sengaja dibentuk semoga mereka tetap berkonsentrasi mengikuti pembelajaran.
  5. Selama penyampaian materi berlangsung penerima didik diminta mengisi bagian-bagian yang kosong.
  6. Setelah penyampaian materi dengan ceramah selesai, mintalah kepada penerima didik membacakan  handoutnya.

Dari beberapa pendapat mengenai langkah-langkah guide note taking diatas, maka sanggup disimpulkan sebagai berikut:

  • Pendahuluan > menyiapkan catatan yang memuat perihal keseluruhan materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh penerima didik dan beberapa kepingan yang penting dari catatan tersebut sengaja dikosongkan.
  • Kegiatan Inti
    Tahap I : Membagikan lembar catatan tersebut kepada penerima didik.
    Tahap II : Menjelaskan bahwa ada beberapa catatan yang sengaja dikosongkan dan harus diisi siswa ketika guru menjelaskan materi tersebut.
    Tahap III : Menyampaikan materi dengan metode ceramah.
  • Penutup > Setelah penyampaian materi dengan ceramah selesai, mintalah kepada penerima didik membacakan  lembar catatannya.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Guide Note Taking.


Keunggulan-keunggulan taktik guided note taking berdasarkan (Zainal Mutaqien. 2009: 1) ialah sebagai berikut:

  1. Metode pembelajaran ini cocok untuk kelas besar dan kecil.
  2. Metode pembelajaran ini sanggup dipakai sebelum, selama berlangsung, atau sesuai acara pembelajaran.
  3. Metode pembelajaran ini cukup mempunyai kegunaan untuk materi pengantar.
  4. Metode pembelajaran ini sangat cocok untuk materi-materi yang mengandung fakta-fakta, sila-sila, rukun-rukun atau prinsip-prinsip dan definisi-definisi.
  5. Metode pembelajaran ini gampang dipakai ketika penerima didik harus mempelajari materi yang bersifat menguji pengetahuan kognitif.
  6. Metode pembelajaran ini cocok untuk memulai pembelajaran sehingga penerima didik akan terfokus perhatiannya pada istilah dan konsep yang akan dikembangkan dan yang berafiliasi dengan mata pelajaran untuk lalu dikembangkan menjadi konsep atau skema pemikiran yang lebih ringkas.
  7. Metode pembelajaran ini sanggup dipakai beberapa kali untuk merangkum bab-bab yang berbeda
  8. Metode pembelajaran ini cocok untuk menggantikan ringkasan yang bersifat naratif atau goresan pena naratif yang panjang.
  9. Metode pembelajaran ini sanggup dimanfaatkan untuk menilai kecenderungan seseorang terhadap suatu info tertentu
  10. Metode pembelajaran ini memungkinkan siswa berguru lebih aktif, alasannya ialah menunjukkan kesempatan membuatkan diri, fokus pada handout dan materi ceramah serta diperlukan bisa memecahkan duduk kasus sendiri dengan menemukan (discovery) dan bekerja sendiri.

Di samping mempunyai kelebihan, taktik guided note taking juga mempunyai beberapa kelemahan, sebagai berikut:

  1. Jika guide note taking dipakai sebagai metode pembelajaran pada setiap materi pelajaran, maka guru akan sulit mengontrol acara dan keberhasilan siswa.
  2. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang ditentukan.
  3. Kadang-kadang sulit dalam pelaksanaan alasannya ialah guru harus mempersiapkan handout atau perencanaan terlebih dahulu, dengan memilah kepingan atau materi mana yang harus dikosongkan dan pertimbangan kesesuaian materi dengan kesiapan siswa untuk berguru dengan metode pembelajaran tersebut.
  4. Guru-guru yang sudah terlanjur memakai metode pembelajaran usang sulit mengikuti keadaan pada metode pembelajaran baru.
  5. Menuntut para guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi dari standar yang telah ditetapkan.
  6. Biaya untuk penggandaan hand-out bagi sebagian guru masih dirasakan mahal dan kurang ekonomis.

Tujuan Pembelajaran dengan Metode Guide Note Taking pada Tiap Ranah Kognitif


Telah diketahui bersama bahwa salah satu kelebihan dari metode guide note taking ialah gampang dipakai ketika penerima didik harus mempelajari materi yang bersifat menguji pengetahuan kognitif. Adapun tujuan pembelajaran dengen metode guide note taking pada tiap ranah kognitif ialah sebagai berikut:

  1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran yang bersifat teoritis.
  2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis duduk kasus dan mencari solusi dari permasalahan tersebut.
  3. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir secara holistik atau menyeluruh dari suatu materi pembelajaran.
  4. Meningkatkan kemampuan siswa untuk menelaah permasalahan sebelum mengambil suatu keputusan.
  5. Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. (Wahyuningsih, 2011: 18-20).

Referensi :
Djamarah Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Silberman, Melvin L. 2012. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Edisi Revisi). Bandung: Nuansa.

Jadi Pintar Penggunaan Dan Taktik Pembelajaran Ekspositori


Konsep Strategi Pembelajaran Ekspositori. Strategi pembelajaran ekspositori yaitu taktik pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian bahan secara mulut dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud biar siswa sanggup menguasai bahan pelajaran secara optimal.

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Hal ini dikarenakan guru memegang kiprah yang sangat dominan. Guru memberikan bahan pembelajaran secara terstruktur dengan impian bahan tersebut dikuasai siswa dengan baik.

Karakteristik taktik pembelajaran ekspositori ada tiga. Pertama, taktik ekspositori dilakukan dengan cara memberikan bahan pelajaran secara verbal. Kedua, biasanya bahan pelajaran yang disampaikan yaitu bahan pelajaran yang sudah jadi, menyerupai data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. Ketiga, tujuan utama pembelajaran yaitu penguasaan bahan pelajaran itu sendiri. Artinya, sesudah proses pembelajaran berakhir siswa diperlukan sanggup memahaminya dengan benar dengan cara mengungkapkan kembali bahan yang telah diuraikan.

Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori


Dalam penggunaan taktik pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu :

  • Berorientasi pada Tujuan

Sebelum penerapan strategi, guru terlebih dahulu merumuskan tujuan pembelajaran secara terang dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laris yang sanggup diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, alasannya tujuan yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektifitas penggunaan taktik pembelajaran.

  • Prinsip Komunikasi

Proses pembelajaran sanggup dikatakan sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau kelompok orang (penerima pesan). Dalam proses komunikasi, guru berfungsi sebagai penyampai  pesan dan siswa berfungsi sebagai peserta pesan. Sistem komunikasi dikatakan efektif, manakala pesan itu sanggup dengan gampang ditangkap oleh peserta pesan secara utuh; dan sebaliknya, system komunikasi dikatakan tidak efektif, manakala peserta pesan tidak sanggup setiap pesan yang disampaikan. Sehingga, guru harus berupaya untuk menghilangkan gangguan (noise) yang bisa mengganggu proses komunikasi.

  • Prinsip Kesiapan

Setiap individu akan merespon dengan cepat dari setiap stimulus manakala dalam dirinya sudah mempunyai kesiapan, begitu pun sebaliknya. Agar siswa sanggup mendapatkan isu sebagai stimulus yang guru berikan, terlebih dahulu harus memposisikan siswa dalam keadaan baik secara fisik maupun psikis untuk mendapatkan pelajaran. Jangan mulai menyajikan bahan pelajaran manakala siswa belum siap untuk menerimanya.

  • Prinsip Berkelanjutan

Proses pembelajaran ekspositori harus sanggup mendorong siswa untuk mau mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada ketika itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya.

Langkah Penerapan Strategi Pembelajaran Ekspositori


Menurut Sanjaya (2006: 185) ada 5 langkah penerapan taktik ekspositori yaitu :

  • Persiapan (Preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk mendapatkan pelajaran. Langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting, alasannya keberhasilan taktik ekspositori bergantung pada tahap persiapan ini. Hal ini bertujuan untuk mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif, membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar, merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa, dan membuat suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka. Beberapa hal bisa dilakukan dalam tahapan ini menyerupai memperlihatkan sugesti aktual dan menghindari sugesti negatif, memulai dengan mengemukakan tujuan yang ingin dicapai, serta membuka file dalam otak siswa.

  • Penyajian (Presentation)

Langkah ini berupa penyampaian bahan sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Dalam hal ini peranan komunikasi sangat penting, biar bahan pelajaran sanggup dengan gampang ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh alasannya itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu penggunaan bahasa, intonasi suara, kontak mata dengan siswa, serta penggunaan joke-joke yang menyegarkan.

  • Menghubungkan (Correlation)

Langkah relasi yaitu menghubungkan bahan pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa sanggup menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang dimilikinya. Langkah relasi dilakukan untuk memperlihatkan makna terhadap mata pelajaran, baik makna untuk memperbaiki maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.

  • Menyimpulkan (Generalization)

Menyimpulkan yaitu tahapan untuk memahami inti(core) dari bahan pelajaran yang telah disajikan. Tahap ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya pertama, mengulang kembali inti-inti bahan yang menjadi pokok persoalan. Kedua, memperlihatkan pertanyaan yang relevan dengan bahan yang disajikan. Ketiga, dengan cara maping melalui pemetaan keterkaitan antar pokok-pokok materi.

  • Penerapan (Aplication)

Langkah aplikasi yaitu langkah unjuk kemampuan siswa sesudah mereka menyimak klarifikasi guru, sehingga guru sanggup mengumpulkan isu ihwal penguasaan dan pemahaman bahan oleh siswa. Teknik yang bisa dipakai menyerupai membuat kiprah yang relevan dengan bahan yang telah disajikan, atau dengan memperlihatkan tes yang sesuai dengan bahan pelajaran yang telah disajikan.

Keunggulan, Kelemahan


Cara Mengatasi Kelemahan Strategi Pembelajaran Ekspositori. Adapun keunggulan-keunggulan taktik pembelajaran ekspositori sebagai berikut:

  1. Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan bahan pembelajaran.
  2. Sangat efektif apabila bahan pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk berguru terbatas.
  3. Siswa sanggup mendengar melalui penuturan (kuliah) ihwal suatu bahan pelajaran dan sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demontrasi)
  4. Dapat dipakai untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

Disamping mempunyai keunggulan taktik pembelajaran ekspositori juga mempunyai kelemahan, diantaranya:
  1. Hanya sanggup dilakukan terhadap siswa yang mempunyai kemampuan mendengarkan menyimak secara baik.
  2. Strategi ini tidak sanggup melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
  3. Karena taktik ini lebih banyak diberikan melalui ceramah. Maka akan sulit menyebarkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, relasi interpersonal, serta kemampuan berfikir kritis.
  4. Keberhasilan taktik pembelajaran sangat tergantung kepada apa yang dimiliki oleh guru, menyerupai persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, komunikasi, dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu proses pembelajaran tidak akan berhasil.
  5. Gaya komunikasi taktik pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one–way–communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan pembelajaran akan sangat terbatas pula. Disamping itu, pula komunikasi satu arah bisa menjadikan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.

Dalam upaya menanggulangi kelemahan-kelemahan yang ada pada taktik pembelajaran ekspositori terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya:

  • Guru harus benar-benar mempersiapkan terhadap isi dari bahan yang akan dibahas serta siswa juga dalam keadaan siap untuk mendapatkan bahan yang akan guru sampaikan.
  • Guru harus bisa memotivasi siswa untuk ulet dalam belajar
  • Bahasa yang dipakai oleh guru harus komunikatif dengan intonasi bunyi yang baik
  • Guru harus pandai-pandai dalam mengelola kelas
  • Pandanglah siswa satu persatu dan jangan biarkan pandangan siswa pada hal diluar pelajaran.

Referensi :
Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Ciputat: Gaung Persada Press 2009
Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, dan Kualitatif. Bandung : Alfabeta 2008

Tuesday, 1 October 2019

Jadi Berilmu Metode Inovasi Terbimbing Dalam Pembelajaran Matematika


Pengertian Metode Penemuan Terbimbing: Sebelum membahas pengertian terbimbing, ada baiknya terlebih dahulu kita tinjau sejenak pengertian metode penemuan. Menurut Roestiyah (2008:20) inovasi ialah terjemahan dari discovery. Metode inovasi (discovery) merupakan suatu metode pembelajaran yang dikembangkan berdasakan pandangan kontruktivisme. Metode ini menekankan pada pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu yang melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan metode inovasi ini siswa berguru melalui keterlibatan aktif dan guru mendorong siswa untuk mendapat pengalaman dengan melaksanakan acara yang memungkinkan merekan menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri (Ratumanan,2002:127).

Di samping itu, inovasi tanpa bimbingan sanggup memekan waktu berhari – hari dalam pelaksanaanya atau bahkan siswa tidak berbuat apa – apa lantaran tidak tahu, begitu pula jalannya penemuan. Pada umumnya sebagian besar siswa masih membutuhkan konsep dasar untuk sanggup menemukan sesuatu. Jelas bahwa metode inovasi ini kurang sempurna untuk siswa apabila tidak dengan bimbingan guru. Oleh lantaran itu, sanggup disimpulkan inovasi terbimbing (discovery) ialah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau item pengetahuan tertentu.

Proses inovasi sanggup menjadi kemampuan umum melalui latihan pemecahan problem dan praktek membentuk dan menguji hipotesis yang di bimbing atau dipandu oleh fasilitator (guru).

Metode Penemuan Terbimbing Dalam Pembelajaran


Metode inovasi merupakan metode berguru yang dipopulerkan oleh Bruner. Metode ini menghendaki keterlibatan aktif siswa dalam memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Sedangkan guru mendorong siswa biar mempunyai pengalaman dan melaksanakan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Hudojo beropini bahwa menemukan berarti menghasilkan sesuatu untuk pertama kali dengan memperlihatkan imajinasi, pikiran, atau eksperimen. Penemuan dalam berguru matematika berarti acara menghasilkan suatu wangsit matematika, suatu aturan, atau suatu cara menuntaskan problem untuk pertama kali. Ide matematika yang benar-benar baru, tetapi setidaknya gres bagi siswa. Ide yang ditemukan sendiri akan lebih dipahami dan diingat oleh si penemu.

Berdasarkan uraian di atas metode inovasi terbimbing (Discovery) ialah suatu metode pembelajaran yang menghendaki siswa menemukan ide-ide dalam proses penemuan, siswa mendapat bimbingan dari guru baik berupa petunjuk secara ekspresi maupun petunjuk tertulis yang dituangkan dalam bentuk lembar kerja siswa.

Langkah – Langkah Dalam Metode Penemuan Terbimbing (Discovery)


Agar pelaksanaan metode inovasi terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang perlu ditempuh oleh guru matematika ialah sebagai berikut :

  1. Merumuskan problem yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya.
  2. Dari data yang diberikan oleh guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir dan menganalisis data tersebut dalam hal ini, bimbingan guru sanggup diberikan sejauh yang diharapkan saja, bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah kearah yang hendak dituju melalui pertanyaan-pertanyaan atau LKS.
  3. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari analisis dilakukannya.
  4. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibentuk oleh siswa tersebut di atas diperiksa oleh guru.
  5. Apabila diperoleh kepastian perihal kebenaran konjektur, tersebut maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga pada siswa untuk menyusunnya.
  6. Sesudahnya siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal komplemen untuk menyidik apakah hasil inovasi itu benar atau tidak.

Kelebihan dan Kekuarangan Metode Penemuan Terbimbing (Discovery)


Memperhatikan metode inovasi terbimbing (discovery) tersebut di atas sanggup disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.
Kelebihan dari metode inovasi terbimbing (discovery) ialah sebagai berikut :

  1. Siswa sanggup berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
  2. Menumbuhkan sekaligus menanamkan perilaku inquiry ( mencari-temuan)
  3. Mendukung kemampuan problem solving siswa.
  4. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga akan terlatih untuk memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar.
  5. Siswa benar – benar sanggup memahami suatu konsep atau rumus, lantaran siswa mengalami sendiri proses untuk mendapat konsep atau rumus itu (Hudojo, 2001:126)

Sementara itu kekurangannya ialah sebagai berikut :

  1. Untuk bahan tertetu, waktu yang tersita lebih lama
  2. Tidak semua siswa sanggup mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan gampang mengerti dengan model ceramah.
  3. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik – topik yang bekerjasama dengan prisip sanggup dikembangkan dengan metode inovasi terbimbing (discovery)

Untuk mengatasi kekurangan metode ini ialah :

  1. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh penerima didik melalui acara tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas
  2. Susunan kelas diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran penerima didik dalam acara belajar-mengajar.
  3. Guru harus memperlihatkan kesempatan kepada peseta didikuntuk mengumpulkan data.
  4. Guru harus memperlihatkan tanggapan dengan sempurna dengan data info yang diharapkan penerima didik.

Dari klarifikasi di atas sanggup disimpulkan pembelajaran dengan metode inovasi terbimbing (discovery) lebih bermakna dan rumus yang diperoleh siswa melalui inovasi tidak hanya dihafal oleh siswa melainkan juga dipahami serta lebih tahan usang untuk mengingatnya. Penemuan penting lantaran pada kenyataannya ilmu – ilmu diperoleh melalui penemuan. Pada dasarnya setiap anak ialah makhluk yang kreatif sehingga dengan inovasi akan menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi dan bersikap positif terhadap matematika.

Referensi :
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2006
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara, 2001

Monday, 25 February 2019

Jadi Arif Pentingnya Proses Pembelajaran Di Lapangan Untuk Semangat Mencar Ilmu Siswa


Seperti yang telah dikemukakan di muka, proses pembelajaran bisa terjadi di mana saja, di dalam atau pun di luar kelas, bahkan di luar sekolah. Proses pembelajaran yang dilakukan di luar kelas atau di luar sekolah, mempunyai arti yang sangat penting untuk perkembangan siswa, lantaran proses pembelajaran yang demikian sanggup memperlihatkan pengalaman eksklusif ke pada siswa, dan pengalaman eksklusif memungkinkan materi pelajaran akan semakin kongkrit dan konkret yang berarti proses pembelajaran akan lebih bermakna.

Proses pembelajaran di lapangan yakni proses pembelajaran yang didesain biar siswa mempelajari eksklusif materi pelajaran pada objek yang sebenarnya, dengan demikian pembelajaran akan semakin nyata. Misalnya, untuk mencapai tujuan pembelajaran: "agar siswa mempunyai kemampuan untuk mendemonstrasikan gaya renang kuru-kupu", mustahil guru mendesain proses pembelajaran hanya dengan memakai ceramah. Bagaimanapun bagusnya guru berceramah, mustahil tujuan semacam itu sanggup dicapai.

baca: cara meningkatkan motivasi berguru siswa

Tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan skill, mestinya membutuhkan proses pembelajaran eksklusif di lapangan. Siswa akan sanggup mendemonstrasikan gaya renang seandainya mereka di bawah bimibingan guru melaksanakan praktek eksklusif di bak renang. Inilah hakekat proses pembelajaran di lapangan. Contoh lain, contohnya guru merumuskan tujuan pembelajaran biar siswa trampil mengemudikan kendaraan beroda empat dalam situasi tertentu; biar siswa sanggup menghayati dunia pekerjaan, untuk tujuan yang demikian mustahil guru hanya memakai ceramah di dalam kelas, bukan? Ya untuk mencapai tujuan-tujuan yang demikian diperlukan proses pembelajaran secara eksklusif di lapangan.

Proses pembelajaran secara eksklusif sanggup memperlihatkan pengalaman konkret pada siswa, artinya pengalaman itu akan semakin kongkret, sehingga siswa akan terhindar dari kesalahan persepsi dari pembahasan materi pelajaran tertentu. Misalnya untuk meningkatkan pemahaman siswa akan hewan laut, atau binatang-binatang yang mustahil di bawa ke dalam kelas menyerupai gajah, kerbau dan lain sebagainya, untuk mencapai tujuan senacam ini akan lebih bermakna manakala guru mendesain proses pembelajaran eksklusif di lapangan, dengan menghadapkan siswa pada objek yang sebanarnya. Bukankan untuk mempelajari Candi Borobudur, akan lebih bermakna manakala siswa secara eksklusif pada objek candi tersebut, dibandingkan dengan berguru lewat benda tiruan, apalagi hanya melalui ceramah dalam kelas?

Proses pembelajaran di lapangan sanggup dibedakan antara pembelajaran melalui Praktek Kerja Lapangan atau sering disebut engan PKL dengan pembelajaran dengan memakai metode lapangan menyerupai karyawisata.

Praktik Kerja Lapangan (PKL) biasanya dilakukan oleh siswa untuk lebih memahami dan menghayati lapangan pekerjaan beserta tugas-tugas yang harus dikerjakan di samping menambah skill atau keterampilan dalam pelaksanaan kiprah pekerjaannya. Biasanya PKL dilakukan oleh siswa-siswa sekolah kejuran menjelang selesai studi. PKL dimaksudkan, biar saat siswa lulus dari suatu forum pendidikan tertentu, sudah mengenal lapangan pekerjaannya.

Sedangkan, proses pembelajaran melalui karyawisata, yakni proses pembelajaran dengan membawa siswa mempelajari bahan-bahan (sumber-sumber) berguru di luar kelas, dengan maksud biar siswa lebih memahami serta mempunyai wawasan yang luas perihal materi bimbing yang dipelajarinya di dalam kelas. Banayak istilah yang digunakan, tetapi maksudnya sama dengan karyawisata, menyerupai widyawisata, studytour dan lain sebagainya.

baca: model dan jenis pembelajaran

Prinsip-prinsip pembelajaran di lapangan sama dengan prinsip pembelajaran di laboratorium, bahwa berguru itu bukan hanya mencatat dan menghafal, akan tetapi berguru intinya proses berbuat yang didorong oleh rasa ingin tahu dari siswa.

Manakala guru memakai karyawisata dalam proses pembelajaran di lapangan, maka dalam pelaksanaanya sanggup mengikuti langkah-langkah menyerupai dijelaskan di bawah ini.

1. Perencanaan

  • Rumuskan tujuan karyawisata yang akan dilakukan secara spesifik. Tujuan karyawisata tidak terlepas dari tujuan pembelajaran.
  • Menetapkan objek sesuai dengan tujuan karyawisata. Karyawisata bukan hanya sekedar rekreasi, akan tetapi merupakan metode untuk mencapai tujan pembelajaran. Oleh alasannya yakni itu penetapan daerah harus sanggup menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Sebelum siswa memakai objek sebagai daerah berguru melalui karyawisata, sebaiknya dilakukan penjajagan atau observasi pendahuluan terlebih dahulu.
  • Manakala daerah kayawisata cukup jauh dari lokasi sekolah sebaiknya dibuat organisasi kepanityaan. Hal ini dimaksudkan biar pelaksanaan karyawisata berjalan lancar.
  • Buatlah petunjuk teknis dan atau lembaran aktivitas yang harus dikerjakan siswa selama karyawisata. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari karyawisata hanya sekedar rekreasi.

2. Pelaksanaan

  • Pada waktu pelaksanaan karyawisata, perhatikan semua aktivitas yang dilakukan siswa baik kegiatn pada kelompok maupun aktivitas individual. Sekalipun unsur rekreasi dalam karyawisata penting, akan tetapi janganlah dijadikan sebagi prioritas pertama.
  • Apabila menemui duduk kasus atau hambatan, segeralah dicari jalan keluar dengan merundingkannya baik panitya maupun dengan peserta.
  • Kontrol siswa dalam mengerjakan lembar kerja atau mengerjakan kiprah yang lain. Sempatkan waktu utuk mendiskusikan penemuan-penemuan yang menarik dengan siswa. Berikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk memaparkan hasil atau fenomena yang terjadi.

3. Tindak lanjut

  • Mintalah laporan karyawisata baik laporan kelompok maupun individual. Laporan sangat penting sebagai materi isu untuk memilih ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa. Berdasarkan hasil laporan bisa dilanjutkan dengan kegiatankegiatan pembelajaran lainnya contohnya dengan demonstrasi.
  • Berilah nilai, baik evaluasi yang bersifat umum ataupun evaluasi khusus. Penilaian umum yakni evaluasi yang diberikan pada proses pelaksanaan yang bersifat normatif, sedangkan evaluasi khusus yakni evaluasi kepada setiap siswa sehubungan dengan pencapaian tujuan pembelajaran.
  • Apabia dipandang perlu, guru bisa memperlihatkan tugas-tugas lanjutan, contohnya menciptakan artikel atau mengarang yang berafiliasi dengan perjalanan karyawisata.

Thursday, 12 September 2019

Jadi Berakal 6 Prinsip Dan Kompetensi Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin


Peran Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Kepemimpinan pembelajaran merupakan tindakan yang mengarah pada terciptanya iklim sekolah yang bisa mendorong terjadinya proses pembelajaran yang optimal. Tindakan yang dilakukan (Kepala sekolah) untuk menyebarkan lingkungan kerja yang produktif dan memuaskan bagi guru pada akhirya bisa membuat kondisi mencar ilmu siswa semakin meningkat

Kepemimpinan pembelajaran merupakan tindakan kepala sekolah/madrasah dalam; mempengaruhi, menggerakan, mengarahkan, mengembangkan, memberdayakan guru. Sehingga tercipta kondisi sekolah yang aman sebagai daerah pembelajaran berproses secara optimal.

Peran Kepala Sekolah


  • Merumuskan tujuan pembelajaran
  • Mengalokasikan sumber daya dalam pembelajaran,
  • Mengelola kurikulum
  • Memonitor perencanaan pembelajaran,
  • Mengevaluasi pelaksanaan kiprah guru.

Yang bertujuan untuk Meningkatkan kiprah guru dalam memfasilitasi siswa menyebarkan prestasi , kepuasan belajar, motivasi, keingintahuan, kreativitas, inovasi, jiwa kewirausahaan, dan kesadaran untuk mencar ilmu sepanjang hayat.

Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin


  1. Sebagai penyedia sumber daya, memperlihatkan kemampuan dan administrasi waktu dan sumber daya  secara efektif, memperlihatkan kondisi kelas sebagai master pengubah, dan bisa mengenal dan memotivasi anggota staf sekolah,
  2. Sebagai sumber instruksional’ terlihat dan memajukan kondisi kelas yang efektif untuk menunjang hasil belajar, mendorong staf pengajar untuk memakai banyak sekali macam materi pengajaran dan seni administrasi mencar ilmu mengajar, menawarkan perhatian dan bisa menyebarkan gagasan inovatif.
  3. Sebagai komunikator, memberikan visi sekolah secara jelas, memahami tujuan sekolah serta bisa menerjamahkan, membina hubungan yang efektif dengan stakeholders, terang dalam menyampaian sesuatu baik mulut maupun tulisan. Keempat, kehadirannya bermakna; bisa berinteraksi dan mensugesti seluruh lingkungan sekolah (Guru, staf, siswa dan petugas lainnya.

Semakin berdaya kiprah kepala sekolah dalam mengarahkan, memotivasi, dan mensugesti guru dalam proses mencar ilmu mengajar maka sanggup meningkatkan efektivitas siswa belajar

6 Prinsip Kepala Sekolah


  1. Membangun tujuan bersama
  2. Meningkatkan kreasi dan penemuan dalam menyebarkan kurikulum
  3. Mengembangkan motivasi pendidik dalam menyebarkan kompetensi
  4. Menjamin pelaksanaan mutu proses pembelajaran  melalui pelaksanaan monitoring atau supervisi
  5. Mengembangkan sistem penilaian dalam memantau perkembangan mencar ilmu siswa
  6. Mengambil keputusan berbasis data.

Rencana Tindak Strategis Kepala Sekolah


  1. Memfasilitasi penyusunan tujuan pembelajaran dan standar pembelajaran
  2. Melakukan sosialisasi tujuan pembelajaran dan standar pembelajaran
  3. Memfasilitasi pembentukan kelompok kerja guru
  4. Menerapkan ekspektasi yang tinggi
  5. Melakukan penilaian kinerja guru dan tindak lanjut pengembangannya
  6. Membentuk kultur sekolah yang aman bagi pembelajaran
  7. Membangun learning person dan learning school
  8. Menyediakan sebagian besar waktu untuk pembelajaran dan selalu mempunyai waktu untuk guru dan siswanya
  9. Melayani dengan prima kepada guru, siswa, dan orang renta siswa
  10. Melakukan koordinasi terhadap guru, siswa, dan orangtua siswa
  11. Melakukan monitoring dan penilaian terhadap keberhasilan pembelajaran jawaban

Kompetensi Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin


  1. Merumuskan tujuan pembelajaran
  2. Mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum
  3. Membimbing pengembangan dan perbaikan proses mencar ilmu mengajar (PBM)
  4. Mengevaluasi kinerja guru dan mengembangkannya
  5. Membangun komunitas pembelajaran
  6. Menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional
  7. Melayani siswa dengan prima
  8. Melakukan perbaikan secara terus menerus
  9. Menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif
  10. Membangun Warga Sekolah semoga Pro-perubahan
  11. Membangun teamwork yang kompak
  12. Memberi referensi dan menginspirasi warga sekolah  

PENJELASAN

1. Merumuskan tujuan pembelajaran


Secara bersama-sama, kepala sekolah dan guru merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menyepakati cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran dan melaksanakannya secara konsisten untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum


Kepala sekolah mengarahkan dan membimbing para guru dalam menyebarkan kurikulum, mulai dari: perumusan visi, misi, dan tujuan sekolah; pengembangan struktur dan muatan kurikulum; dan pembuatan kalender sekolah.

3. Membimbing pengembangan dan perbaikan proses mencar ilmu mengajar (PBM)


Kepala sekolah mempunyai kemampuan dalam membimbing dan memfasilitasi perbaikan proses mencar ilmu mengajar yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran serta pengelolaan kelas.

4. Mengevaluasi kinerja guru dan mengembangannya


Secara periodik, kepala sekolah melaksanakan penilaian kinerja guru untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kinerja guru serta mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pengembangan keprofesian guru

5. Membangun komunitas pembelajaran


Komunitas pembelajaran yaitu suatu komunitas (warga sekolah) yang mempunyai kesamaan nilai-nilai pembelajaran yang dianut sebagai sumber penggalangan konformisme sikap dan sikap bagi warga sekolah dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran. . Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus mempunyai kemampuan membangun komunitas pembelajaran di sekolahnya

6. Menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional


Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus bisa menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional sekaligus. Kepemimpinan visioner yaitu kepemimpinan yang mendasarkan pada visi yang ingin dicapai di masa depan,sedang kepimpinan situasional yaitu kepemimpinan yang mempertimbangkan situasi yang sedang dihadapi. Kombinasi dari kedua jenis kepemimpinan tersebut akan bisa memberi ide dan mendorong terjadinya pembelajaran yang futuristik dan kontekstual sekaligus.

7. Melayani siswa dengan prima


Kepala sekolah harus bisa mengajak guru dan karyawan untuk menawarkan layanan pembelajaran kepada siswa secara prima dan siswa merupakan pelanggan utama sekolah yang harus menjadi fokus perhatian warga sekolah

8. Melakukan perbaikan secara terus menerus


Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus mempunyai kemampuan untuk melaksanakan perbaikan secara terus menerus, yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, refleksi, dan revisi terhadap perencanaan berikutnya, dan siklusnya diulang-ulang

9. Menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif


Pemimpin pembelajaran harus selalu menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif. Kepala sekolah efektif melaksanakan hal-hal berikut: luwes dalam pengendalian, membangun teamwork di sekolahnya, akad besar lengan berkuasa terhadap pencapaian visi dan misi sekolah, menghargai guru dan karyawan atas dedikasinya, memecahkan persoalan secara kolaboratif, melaksanakan delegasi secara efektif, dan fokus pada proses mencar ilmu mengajar (pembelajaran).

10. Membangun Warga Sekolah semoga Pro-perubahan


Salah satu ciri utama seorang pemimpin pembelajaran yaitu mempunyai visi dan misi yang terang dan mempunyai cara-cara untuk menggerakkan warga sekolahnya untuk mencapainya. Untuk itu, ia harus bisa mengarahkan, membimbing, memotivasi, mempengaruhi, memberi insprirasi, dan mendukung prakarsa-prakarsa baru, kreativitas, inovasi, dan inisiasi dalam pengembangan pembelajaran.

11. Membangun teamwork yang kompak


Pemimpin pembelajaran harus bisa membangun teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis, dan lincah. Pelibatan, partisipasi, dan pengabdian warga sekolah sangat diharapkan dalam rangka membangun teamwork yang dimaksud.

12. Memberi referensi dan menginspirasi warga sekolah


Memberi referensi dalam banyak sekali hal contohnya komitmen,disiplin, nyaman terhadap perubahan, kasih sayang terhadap siswa, semangat kerja, dsb. yaitu merupakan bab penting dari karakteristik seorang pemimpin pembelajaran. Tidak kalah penting, seorang pemimpin pembelajaran selalu memberi ide kepada guru, karyawan, dan terutama siswanya untuk mempelajari dan menikmati hal-hal yang belum diketahui, dan bisa membangun kondisi rasa keingintahuan dari seluruh warga sekolahnya.

Sunday, 3 February 2019

Jadi Cerdik Bagaimana Cara Menyusun Rpp Yang Benar Dan Baik? Yuk Intip Disini


Bagaimana Cara Menyusun RPP Yang Benar dan Baik?. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yaitu planning yang menggambarkan mekanisme dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar. Persiapan di sini sanggup diartikan persiapan tertulis maupun persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan mencar ilmu yang produktif termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara penuh. [Menurut Kunandar (2011: 263)]

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Rencana pembelajaran perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen-komponen pembelajaran, yakni: kompetensi dasar, bahan pokok, indikator, dan evaluasi berbasis kelas. [Menurut Wahyuni dan Ibrahim (2012: 69)]

RPP merupakan komponen penting dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang dalam pengembangannya harus dilakukan secara Profesional. Dari pendapat tersebut, sanggup disimpulkan bahwa RPP yaitu planning pembelajaran yang dibentuk oleh guru untuk memperkirakan tindakan dalam pembelajaran. [Menurut Mulyasa (2007: 212)]

A. Tujuan dan Fungsi RPP


Tujuan RPP berdasarkan Kunandar (2011: 264) yaitu untuk: (1) mempermudah, memperlancar dan meningkatkan hasil proses mencar ilmu mengajar; (2) dengan menyusun RPP secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru akan bisa melihat, mengamati, menganalisis, dan memprediksi acara pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana.

Kunandar (2011: 264) menyampaikan bahwa fungsi RPP yaitu sebagai pola bagi guru untuk melaksanakan kegiatan mencar ilmu mengajar (kegiatan pembelajaran) biar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain RPP berperan sebagai skenario proses pembelajaran. Oleh sebab itu, RPP hendaknya bersifat luwes (fleksibel) dan memberi kemungkinan bagi guru untuk menyesuaikannya dengan respons siswa dalam proses pembelajaran sesungguhnya.

B. Unsur-unsur yang Perlu Diperhatikan dalam Penyusunan RPP


Menurut Kunandar (2011: 265), unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPP adalah:

  1. mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta bahan dan submateri pembelajaran, pengalaman mencar ilmu yang telah dikembangkan di dalam silabus;
  2. menggunakan banyak sekali pendekatan yang sesuai dengan bahan yang memperlihatkan kecakapan hidup (life skill ) sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-hari;
  3. menggunakan metode dan media sesuai, yang mendekatkan siswa dengan pengalaman langsung;
  4. penilaian dengan sistem pengujian meny eluruh dan berkelanjutan didasarkan pada sistem pengujian yang dikembangkan selaras dengan pengembangan silabus.

C. Komponen-komponen RPP


Komponen-komponen RPP berdasarkan Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 wacana Standar Proses yaitu sebagai berikut.

1) Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran meliputi; sa tuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran, jumlah pertemuan.

2) Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal penerima didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dibutuhkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.

3) Kompetensi dasar
Kompetensi dasar yaitu sejumlah kemampuan yang harus dikuasai penerima didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai tumpuan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

4) Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi yaitu sikap yang sanggup diukur dan/atau diobservasi untuk memperlihatkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi pola evaluasi mata pelajaran. Indikator pe ncapaian kompetensi dirumuskan dengan memakai kata kerja operasional yang sanggup diamati dan diukur, yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

5) Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil mencar ilmu yang dibutuhkan dicapai oleh penerima didik sesuai dengan kompetensi dasar.

6) Materi ajar
Materi latih memuat fakta, konsep, prinsip, dan mekanisme yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

7) Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.

8) Metode pembelajaran
Metode pembelajaran dipakai oleh guru untuk mewujudkan suasana mencar ilmu dan proses pembelajaran biar penerima didik mencapai kompetensi dasar suasana mencar ilmu dan proses pembelajaran biar penerima didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran diadaptasi dengan situasi dan kondisi penerima didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.

9) Kegiatan pembelajaran

(1) Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditunjukkan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian penerima didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan pendahuluan, guru: menyiapkan penerima didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan bahan yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai, dan memberikan bahan dan klarifikasi uraian kegiatan sesuai silabus.

(2) Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi penerima didik untuk berpartisipasi aktif, serta memperlihatkan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis pesert a didik. Kegiatan inti ini dilakukan secara sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Dalam kegiatan eksplorasi, guru: melibatkan penerima didik mencari informasi yang luas dan dalam wacana topik / tema materi yang akan dipelajari dengan mencar ilmu dari aneka sumber; memakai bermacam-macam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber mencar ilmu lain; memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara penerima didik dengan guru, lingkungan, dan sumber mencar ilmu lainnya; melibatkan penerima didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan memfasilitasi penerima didik melaksanakan percobaan di laboratorium, studio, dan lapangan.

Dalam kegiatan elaborasi, guru: membiasakan penerima didik membaca dan menulis yang bermacam-macam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna; memfasilitasi penerima didik melalui derma tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan gres baik secara verbal dan tert ulis; memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menuntaskan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; memfasilitasi penerima didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; memfasilitasi penerima didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar, memfasilitasi penerima didik menciptakan laporan eksplorasi yang dilakukan baik verbal maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; memfasilitasi penerima didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok; memfasilitasi penerima didik melaksanakan pameran, turnamen, ekspo serta produk yang dihasilkan; dan memfasilitasi pe serta didik melaksanakan kegiatan yang menumbuhkan pujian dan rasa percaya diri penerima didik.

Dalam kegiatan konfirmasi, guru memperlihatkan umpan balik faktual dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan penerima didik, memperlihatkan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan klarifikasi terperinci penerima didik melalui banyak sekali sumber; memfasilitasi penerima didik melaksanakan refleksi untuk memperoleh pengalaman mencar ilmu yang telah dilakukan; dan memfasilitasi penerima didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.

(3) Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran yang sanggup dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, evaluasi dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. Dalam kegiatan penutup, guru: bahu-membahu dengan penerima didik dan/atau sendiri menciptakan rangkuman/simpulan pelajaran; melaksanakan evaluasi dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; dan memperlihatkan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, acara pengayaan, layanan konseling dan/atau memperlihatkan kiprah baik kiprah individual maupun kelompok sesuai dengan hasil mencar ilmu pe serta didik; dan memberikan planning pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

10) Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen evaluasi proses dan hasil mencar ilmu diadaptasi dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

11) Sumber belajar
Penentuan sumber mencar ilmu didasark an pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta bahan ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

D. Prinsip-prinsip Penyusunan RPP


Prinsip-prinsip penyusunan RPP berdasarkan Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 wacana Standar Proses yaitu sebagai berikut.

1) Memerhatikan perbedaan individu penerima didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khu sus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan penerima didik.

2) Mendorong partisipasi aktif penerima didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada penerima didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.

3) Mengembangakan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangakan kegemaran membaca, pemahaman bermacam-macam bacaan, dan berekspresi dalam banyak sekali bentuk tulisan.

4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan acara derma umpan balik positif, penguatan remedi dan pengayaan.

5) Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memerlihatkan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, bahan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, pencapaian kompetensi, dan sumber mencar ilmu dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pemb elajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

6) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangakan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

E. Langkah-langkah Penyusunan RPP


Menurut Kunandar (2011: 271), langkah-langkah menyusun suatu RPP meliputi beberapa hal berikut.
1) Identitas mata pelajaran
Menuliskan nama mata pelajaran, kelas, semester, dan alokasi waktu (jam pertemuan).
2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Menuliskan standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai standar isi.

3) Indikator
Pengembangan indikator dilakukan dengan beberapa pertimbangan berikut.
(1) Setiap KD dikembangakan menjadi beberapa indikator (lebih dari dua).
(2) Indikator memakai kata kerja operasional yang sanggup diukur dan/atau diobservasi.
(3) Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja dalam KD maupun SK.
(4) Prinsip pengembangan indikator yaitu urgensi, kuntinuitas, relevansi, dan kontekstual.

(5) Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten.

4) Materi Pembelajaran

Mencantumkan bahan pembelajaran dan melengkapi dengan uraian-uraiannya yang telah dikembangkan dala m silabus, pengalaman mencar ilmu yang bagaimana yang ingin diciptakan dalam proses pembelajaran yang didukung oleh uraian bahan untuk mencapai kompetensi tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan yaitu kemanfaatan, alokasi waktu, kesesuaian, ketetapan, situasi dan kondisi lingkungan masyarakat, kemampuan guru, tingkat perkembangan penerima didik, dan fasilitas.

5) Tujuan Pembelajaran
Dalam tujuan pembelajaran dijelaskan apa tujuan dari pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran diambil dari indikator.

6) Strategi atau Skenario Pembelajaran

Strategi atau skenario pembelajaran yaitu taktik atau skenario apa dan bagaimana dalam memberikan bahan pembelajaran kepada siswa secara terarah, aktif, dan efektif, bermakna, dan menyenangkan. Strategi atau skenario pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh guru secara beruntun untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting artinya bagi materi-materi yang memerlukan prasyarat tertentu.

7) Sarana dan Sumber Pembelajaran

Dalam proses mencar ilmu mengajar, sarana pembelajaran sangat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Yang dimaksud dengan sarana pembelajaran dalam uraian ini lebih ditekankan pada sarana dalam arti media/alat peraga. Sarana berfungsi memudahkan terjadinya proses pembelajaran. Sementara itu, sumber mencar ilmu yaitu segala sesuatu yang sanggup dijadikan sumber dalam proses mencar ilmu mengajar.

8) Penilaian dan Tindak Lanjut

Sistem evaluasi dan mekanisme yang dipakai untuk menilai pencapaian mencar ilmu siswa berdasarkan evaluasi ya ng telah dikembengkan selaras dengan pengembangan silabus. Penilaian merupakan serangakaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data wacana proses dan hasil mencar ilmu penerima didik yang dilakukan secara sist ematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dilakukan dengan memakai tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, dan pe nilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan evaluasi diri.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih evaluasi yaitu sebagai
berikut.
- Untuk mengatur pencapaian kompetensi penerima didik, yang dilakukan berdasarkan indikator
- Menggunakan pola kriteria
- Menggunakan sistem evaluasi berkelanjutan
- Hasil evaluasi dianalisis untuk memilih tindak lanjut
- Sesuai dengan pengalaman mencar ilmu yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran