Suatu taktik pembelajaran yang dibutuhkan sanggup menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa yakni taktik think-talk-write (TTW). Strategi yang dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Dari pengertian di atas, taktik think-talk-write (TTW) bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, komunikasi secara verbal dan komunikasi secara tulisan. Alur kemajuan taktik ini dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri sehabis proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi wangsit (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana tersebut lebih efektif kalau dilakukan dalam bentuk kelompok yang heterogen.
Seperti telah diurai, taktik think-talk-write (TTW) bertumpu pada tiga fase yakni berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write). Dalam setiap fase, acara siswa diarahkan biar sesuai dengan apa yang diharapkan.
- Fase Berpikir (Think)
Aktivitas berpikir sanggup dilihat dari proses membaca suatu teks Matematika atau berisi dongeng Matematika kemudian menciptakan catatan apa yang telah dibaca. Membaca, secara umum dianggap sebagai berpikir, mencakup membaca baris demi baris (reading the lines) atau membaca yang penting saja (reading between the lines). Begitu pun dengan menulis. Dalam menciptakan atau menulis catatan siswa membedakan dan mempersatukan wangsit yang disajikan dalam teks bacaan kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa sendiri. Belajar rutin membuat/ menulis catatan sehabis membaca merangsang acara berpikir sebelum, selama, dan sehabis membaca.
- Fase Berbicara (Talk)
Fase berbicara yaitu berkomunikasi dengan memakai kata-kata dan bahasa yang siswa pahami. Dalam Matematika fase “Talk” penting. Hal ini dikarenakan:
- Apakah itu tulisan, gambaran, isyarat, atau percakapan merupakan perantara ungkapan Matematika sebagai bahasa manusia,
- Pemahaman matematik dibangun melalui interaksi dan konversasi (percakapan) antara sesama individual yang merupakan acara sosial yang bermakna,
- Cara utama partisipasi komunikasi dalam Matematika yakni melalui “Talk”,
- Pembentukan wangsit (forming ideas) melalui proses talking,
- Internalisasi wangsit (internalizing ideas),
- Meningkatkan dan menilai kualitas berpikir. Talking membantu guru mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam berguru Matematika, sehingga sanggup mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan.
- Fase Menulis (Write)
Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, alasannya yakni sehabis berdiskusi atau berdialog antar sahabat dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam Matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa ihwal bahan yang ia pelajari. Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam menciptakan hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa. Guru juga sanggup memantau kesalahan siswa, miskonsepsi, dan konsepsi siswa terhadap wangsit yang sama. Peranan dan kiprah guru dalam perjuangan mengefektifkan penggunaan taktik think-talk-write ini yakni :
- mengajukan pertanyaan dan kiprah yang mendatangkan keterlibatan, dan menantang siswa berpikir
- mendengar secara hati-hati wangsit siswa
- menyuruh siswa mengemukakan wangsit secara verbal dan tulisan
- memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi
- memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasikan persoalan-persoalan, memakai model, membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan
- memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi, dan tetapkan kapan dan bagaimana mendorong siswa untuk berpartisipasi.
Menurut Martinis dan Bansu (2009: 90), langkah-langkah pembelajaran dengan taktik TTW yakni :
- Guru membagi teks bacaan berupa Lembar Kerja Siswa yang memuat situasi perkara yang bersifat open ended dan petunjuk serta mekanisme pelaksanaannya.
- Siswa membaca teks dan menciptakan catatan dari hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke lembaga diskusi (think).
- Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan sahabat untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai perantara lingkungan belajar.
- Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kerja sama (write).
Kelebihan, Kekurangan dan Usaha Meminimalisir Kekurangan Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW), Setiap taktik pembelajaran tidak ada yang sempurna. Pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan taktik think-talk-write (TTW).
- Kelebihan Strategi Think-Talk-Write (TTW)
- Mengajarkan siswa menjadi lebih percaya diri pada kemampuannya dalam berpikir, berbicara, dan menulis.
- Meningkatkan keterampilan berpikir, berbicara, dan menulis siswa.
- Mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan wangsit temannya.
- Membantu siswa berguru menghormati siswa yang pandai dan siswa yang lemah serta mendapatkan perbedaan tersebut.
- Strategi think-talk-write (TTW) merupakan taktik efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri, dan hubungan interpersonal konkret antara satu siswa dengan siswa yang lain.
- Mendorong siswa yang lemah untuk tetap aktif dalam proses pembelajaran.
- Dapat menawarkan kesempatan pada siswa berguru keterampilan bertanya dan mengomentari suatu masalah.
- Menghargai wangsit orang lain yang di rasa lebih benar.
- Saling melengkapi kekurangan sesama sahabat dalam satu kelompok ataupun antar kelompok.
- Kekurangan Strategi Think-Talk-Write (TTW)
- Beberapa siswa mungkin pada awalnya segan mengeluarkan ide, alasannya yakni takut di nilai temannya dalam kelompok
- Waktu guru banyak tersita untuk mensosialisasikan kepada siswa berguru dengan memakai taktik think-talk-write (TTW).
- Sulit membentuk kelompok yang solid yang sanggup bekerja sama dengan harmonis.
- Usaha Untuk Meminimalisir Kekurangan Strategi Think-Talk-Write (TTW)
- Siswa diajak untuk mengeluarkan pendapat walaupun salah, harus dihargai dihentikan di fonis ndeso dan sebagainya.
- Dengan cara memberi kiprah Lomba Kompetensi Siswa berstruktur sehingga guru tdak perlu terlalu banyak berbicara, waktu yang ada untuk membimbing siswa yang menerima kesulitan.
- Kelompok dibuat menurut kelompok heterogen (kelompok tinggi, sedang, dan rendah) dibutuhkan siswa yang bisa menjadi tutor sebaya dalam kelompok tersebut.
No comments:
Post a Comment