Sunday 24 January 2016

Jadi Berilmu Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat


Belajar yaitu proses yang terus menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasar pada perkiraan bahwa sepanjang kehidupannya insan akan selalui dihadapkan pada dilema atau tujuan yang ingin dicapainya. Dalam proses mencapai tujuan itu, insan akan dihadapkan pada banyak sekali rintangan. Manakala rintangan sudah dilaluinya, maka insan akan dihadapkan pada tujuan atau dilema baru, untuk mencapai tujuan gres itu insan akan dihadapkan pada rintangan gres pula, yang kadangkadang rintangan itu semakin berat.

Demikianlah siklus kehidupan dari mulai lahir hingga kematiannya insan akan senantiasa dihadapkan pada tujuan dan rintangan yang terus menerus. Dikatakan insan yang sukses dan berhasil manakala ia sanggup menembus rintangan itu; dan dikatakan insan gagal manakala ia tidak sanggup melewati rintangan yang dihadapinya. Atas dasar itulah sekolah harus berperan sebagai wahana untuk menunjukkan latihan bagaimana cara belajar. Melalui kemampuan bagaimana cara belajar, siswa akan sanggup berguru memecahkan setiap rintangan yang dihadapi hingga selesai hayatnya.


Prinsip berguru sepanjang hayat ibarat yang telah dikemukakan di atas, sejalan dengan empat pilar pendidikan universal ibarat yang dirumuskan Unesco (1996) yaitu (1) learning to know, yang berarti juga learning to learn, (2) learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning to live together.

Learning to know atau learning to learn mengandung pengertian bahwa berguru itu intinya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar, siswa bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari akan tetapi juga mempunyai kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus dipelajari itu. Dengan kemampuan itu memungkinkan proses berguru tidak akan berhenti atau terbatas di sekolah saja, akan tetapi memungkinkan siswa akan secara terus menerus berguru dan belajar. Inilah hakekat berguru sepanjang hayat. Apabila hal ini dimiliki siswa, maka masyarakat berguru (learning society) sebagai salah satu tuntutan masyarakat isu akan terbentuk. Oleh alasannya itu dalam konteks learning to know juga bermakna "learning to think" atau berguru berpikir, alasannya setiap individu akan terus berguru manakala dalam dirinya tumbuh kemampuan dan kemauan untuk berpikir.

Learning to do, mengandung pengertian bahwa berguru itu bukan hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, akan tetapi berguru untuk berbuat dengan tujuan selesai penguasaan kompetensi yang sangat dibutuhkan dalam periode persaingan global. Kompetensi akan dimiliki manakala anak diberi kesempatan untuk melaksanakan sesuatu. Dengan demikian learning to do juga berarti proses pembelajaran berorientasi kepada pengalaman (learning by experiences).

Learning to be, mengandung pengertian bahwa berguru yaitu membentuk insan yang “menjadi dirinya sendiri”, dengan kata lain berguru untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang mempunyai tanggung jawab sebagai manusia. Dalam pengertian ini juga terkandung makna kesadaran diri sebagai makhluk yang mempunyai tanggung jawab sebagai khalifah serta menyadari akan segala kekurangan dan kelemahannya.

Learning to live together, yaitu berguru untuk bekerjasama. Hal ini sangat dibutuhkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarakat global di mana insan baik secara individual maupun secara kelompok mustahil sanggup hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya. Dalam konteks ini termasuk juga pembentukan masyarakat demokratis yang memahami dan menyadari akan adanya setiap perbedaan  pandangan antara individu.

No comments:

Post a Comment