Monday, 25 January 2016

Jadi Berilmu Taktik Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini


Pembelajaran yaitu seuatu acara yang meliputi acara mencar ilmu dan mengajar. Kegiatan pembelajaran dilakukian menurut planning yang terorganisir secara sistematis yang meliputi tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran dan acara pembelajaran yang meliputi metode dan media pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan umpan balik pembelajaran. Suatu trencana pembelajaran dan pelaksanaannya perlu memperhatikan hal-halyang terkait dengan mencar ilmu bagaimana belajar, mencar ilmu bagaimana berpikir, mencar ilmu bagaimana melakukan, dan mencar ilmu bagaimana bekerja sama dan hidup bersama.

Sejalan dengan perkembangan anak usia dini, maka pembelajaran perlu menekankan pada empat aspek tersebut di atas. Hal tersebut menjadi faktor yang kritis dalam perkembangan anak yang bersangkutan. Oleh alasannya itu, pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan pada forum pendidikan anak usia dini yang dilakukan dalam bentuk banyak sekali acara bermain perlu menekankan pada empat aspek tersebut di atas ditambah dengan aspek-aspek lain, mirip moral, sikap baik sebagai individu, sebagai anggota masyarakat, maupun sebagai makhluk Tuhan sesuasi dengan nilai-nilai keagamaan.

Sifat pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini berlangsung secara stimulan dan holistik, sehingga pendekatan dan desain, serta pelaksanaan pembelajaran anak tersebut terintegrasi secara terpadu.

Di sisi lain, ada hal yang penting yang juga harus diperhatikan oleh pendidik anak usia dini dalam melaksanakan acara mencar ilmu mengajar. Hal penting tersebut yaitu berkaitan dengan metode serta seni administrasi dalam melaksanakan pengajaran bagi anak usia dini. Sukses tidaknya suatu pengajaran bagi anak usia dini di antaranya yaitu tergantung bagaimana seorang pendidik (pengajar) memakai strateginya.

Strategi Mengajar Anak Usia Dini


Ada beberapa seni administrasi dalam pelaksanaan acara pengajaran anak usia dini. Di antara seni administrasi tersebut adalah: (1) Perhatian Intens (2) Beri Dorongan (3) Berikan Umpan Balik Khusus (4) Berikian Model Atau Contoh,(5) Mendemontrasikan, (6) Menciptakan dan menambahkan tantangan, (7) Memberikan cara atau pemberian lainnya, serta (8) Memberikan isu secara langsung. Sedangkan dalam makalah ini akan dibatasi pada empat seni administrasi yang pertama yaitu :

1. Perhatian Intens


Dalam melaksanakan pengajaran seorang guru sebagai pendidik harus bisa memperlihatkan perhatian yang intens terhadap anak didik. Menaruh perhatian khusus terhadap anak semenjak usia dini sanggup membantu mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan berbahasa, serta kemampuan awal membaca dan menulis dengan cara bermain dan bersenang-senang anak juga mulai sanggup mengembangkan kemampuan dasar berhitung, hal-hal konseptual dan kognitif serta konsep-konsep dasar ilmu alam dan pengetahuan teknis lainnya. Beberapa hal penting sanggup mereka peroleh pada ketika bermain mirip kemampuan memahami budaya dan seni, kemampuan memahami mahkluk hidup dan lingkungan sekitar, bangkitnya kesadaran terhadap kesehatan lingkungan, olahraga dan rekreasi.

Selain itu, biar setiap anak bisa memikul tanggung jawab kemajuanbangsa di masa yang akan datang, maka bawah umur (tidak terkecuali) harus mendapat perhatian dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial. Perhatian dan pemberian kesempatan tumbuh kembang pada anak usia dini harus merupakan tekad dan agresi yang ditunjukkan oleh keuarga, masyarakat dan pemerintah secara bersama-sama. Upaya ini sekaligus merupakan bentuk proteksi serta mewujudkan kesejahteraan anak dengan memperlihatkan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya tanpa adanya diskriminasi.

Sepanjang rentang kehidupan manusia, masa anak usia dini "periode keemasan atau golden period". Pada masa tersebut terjadi pembentukan dasar-dasar sikap dan sikap serta perkembangan banyak sekali dimensi kecerdasan (inteletual, emosional, sosial, spiritual, kinestetik dan seni) yang intensif. Periode keemasan tersebut hanya berlangsung satu kali di sepanjang rentang kehidupan manusia. Jika potensi-potensi dasar pada periode tersebut kurang memperoleh banyak sekali rangsangan maka tidak tidak mungkin kalau potensi anak akan karam atau tidak berfunsi sama sekali (lost of capacity) ketika ia tumbuh dan berubah menjadi pribadi-pribadi dewasa.

2. Beri Dorongan


Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yangmenyenangkan, yaitu pola asuh yang otoritatif (demokratik). Artinya : pengasuh harus pekaterhadap isyarat-isyarat anak, memperhatikan minat, impian atau pendapat anak, tidak memaksakan kehendak pengasuh, penuh kasih sayang, dan kegembiraan, membuat rasa kondusif dan nyaman, memberi pola tanpa memaksa, mendorong keberanian untuk mencoba berkreasi, memperlihatkan penghargaan atau kebanggaan atas keberhasilan atau sikap yang baik, memperlihatkan koreksi bukan ancaman atau eksekusi bila anak tidak sanggup melaksanakan sesuatu atau ketika melaksanakan kesalahan.Pola asuh otoritatif penting untuk mengembangkan kreativitas anak.

Dengarkan omongan anak dorong anak untuk berani mengucapkan pendapatnya, hargai pendapat anak jangan memotong pembicaraan anak, jangan memaksakan pendapat orangtua atau melecehkan pendapat anak. Rangsanglah anak untuk tertarik mengamati dan mempertanyakan perihal banyak sekali hal dilingkungannya, beri kebebasan dan dorongan untuk mengembangkan khayalan, merenung, berfikir, mencoba dan mewujudkan gagasan. Berikan kebanggaan untuk hasil yang telah dicapainya walau sekecil apapun. Jangan menghentikan rasa ingin tahu anak jangan banyak mengancam atau menghukum, beri kesempatan untuk mencoba, asalkan tidak membahayakan dirinya atau orang lain. Bila anda semenjak dini mendorong Si Kecil untuk membuatkan dan memikirkan orang lain berarti telah membentuk sifat yang baik.

Contoh:
Beri waktu. Buat seorang anak mencar ilmu berpakaian, melepas pakaian, mengancingkan kancing, mengikat tali sepatu, menutup retsleting atau mengancingkan kancing jepret membutuhkan waktu. Mengharapkan si dua tahun menarik celana memang mudah, tapi berharap ia bisa ahli mengikat tali sepatu sebelum ia masuk taman bermain tidaklah realistis. Anda harus terus memberi dorongan atau memotivasinya dengan sabar. Anda harus memberinya cukup membanyak waktu biar ia bisa menuntaskan satu tugas

3. Berikan Umpan Balik Khusus


Seorang pendidik anak usia dini tidak berhenti pada pelaksanaan acara pembelajaran, atau memberikan bahan pembelajaran kepada anak didi. Tetapi pembelajaran tersebut harus ditindak lanjuti dengan melaksanakan umpan balik terhadap anak sesudah selesai mengadakan acara pembelajaran.

Contoh:
Menulis yaitu acara yang membutuhkan keterampilan motorik halus bab tangan. Keterampilan motorik halus bab tangan akan melibatkan banyak otot kecil: jari jemari, telapak tangan dan pergelangan tangan.

Ketika usia si kecil menginjak tahun kedua, sirkuit otak yang mengendalikan dan mengkoordinasikan gerakan tangannya masih berkembang pesat mirip di tahun pertama usianya. Di samping itu, bab otak lain yang berjulukan serebelum juga mulai berkembang. Serebelum bertugas mengatur waktu dan koordinasi untuk hampir semua kiprah motorik.

Latihan penting sekali untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak batita. Latihan menyerupai 'umpan balik' bagi otak mereka. Makin sering si kecil berlatih, makin pesatlah perkembangan sirkuit otaknya, dan makin baguslah kemampuan si kecil mengontrol dan mengkoordinasikan motorik halusnya.

4. Berikian Model Atau Contoh


Mengajarkan nilai kehidupan , kemanusiaan ,budaya dan pengembangan moral pada anak usia dini membutuhkan keteladanan dari orangtua, guru dan masyarakat . dan penanaman ini tidak hanya berlangsung dirumah saja tetapi juga berlangsung disekolah dan masyarakat . sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi penerima didik biar menjadi insan yang beriman, bertaqwa, kepada tuhan YME berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Contoh dalam pelajaran sosial contohnya dalam nilai kehidupan dan kemanusiaan yang ingin ditanamkan bagaimana hidup rukun di dalam keluarga, masyarakat berkasih sayang antar anggota keluarga, memelihara kebersihan lingkungan. mengajarkan nilai kebudayaan misal di kawasan Jakarta siswa harus tahu asal mula ondel-ondel terbuat dari apa, gunanya buat apa dan bagaimana cara memeliharanya.

Sedangkan mengajarkan pengembangan moral bagaimana bersikap kepada yang lebih bau tanah dan muda, dan yang paling penting seni administrasi mengajarkan nilai kehidupan, kemanusiaan, budaya dan moral pada anak usia dini kita harus memperlihatkan teladan atau pola terlebih dahulu kalau ingin anak kita sopan maka harus terlebih dahulu orangtuanya sopan lantaran anak usia dini itu melihat pola dari keluarga, masyarakat/lingkungan dan memang sedang berada pada proses imitasi atau meniru. Dan inipun harus berlangsung secara kontinu dan konsisten dari pendidik dan praktisi sosial.

Orangtua yaitu guru terbaik bagi anak termasuk ketika mengajarkan cara mengekspresikan emosi. Berikan pola pada bawah umur sikap yang sesuai ketika sedang murka atau sedih. Berikan pula beberapa pilihan lain bagaimana cara mengekspresikan kemarahan, kegembiraan atau kesedihan.
Kembangkan sikap bertanggung jawab pada anak. Misal, jikalau anak menumpahkan minuman minuman ke lantai, maka ia harus membersihkan sendiri. Sebelumnya berikan pola dan klarifikasi mengapa ia harus melaksanakan itu.

Dari uraian di atas kiranya sanggup ditarik kesimpulan bahwa dalam melaksanakan acara pembelajaran ada faktor yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh pendidik anak usia dini. Keberhasilan pembelajaran khususnya dan pendidikan pada umumnya harus memperhatikan strateginya.

Referensi
  • Depdikas RI, Buletin PADU (Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini Edisi 03 Desember 2002), Jakarta, 2004
  • Gunarso, D. Singgih, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006
  • Hapidin, Model-Model Pendidikian untuk Anak Usia Dini, Jakarta: Ghiyats Alfiani Press, 2006
  • Jamaris, Martini, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Grasindo, 2006
  • Santoso, Sugeng, Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Citra Pendidikan, 2004

No comments:

Post a Comment